01618 2200217 4500001002100000005001500021007000300036008004100039020002200080035002000102082000800122084001400130100001400144245004100158250001200199260003200211300005300243520107100296600001401367990001901381INLIS00000000000399220250602115251ta250602 g f ind  a978-979-1102-26-1 a0010-0625000024 a813 a813 TER b0 aTere Liye1 aBidadari-Bidadari Surga /cTere Liye aCet. 18 aJakarta :bRepublika,c2008 aviii+363 hlm :bEja-creative14 ;c20,5 x 13,5 cm aBidadari-Bidadari Surga bercerita tentang pengorbanan seorang kakak (Laisa) untuk adik-adiknya (Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta) di Lembah Lahambay agar adik-adiknya dapat melanjutkan pendidikan mereka, meski ia harus bekerja di terik matahari setiap hari, mengolah gula aren setiap jam 4 pagi serta dimalam hari menganyam rotan, meski pada dasarnya keempat adik-adiknya tersebut berasal dari darah yang berbeda dengan dirinya. Satu sisi Laisa digambarkan sebagai kakak yang galak dan tegas, mengejar-ngejar adiknya yang bolos sekolah dengan rotan dan ranting kayu. Di sisi lain, kontradiktif dengan fisiknya yang gempal, gendut, berkulit hitam, wajah yang tidak proporsional ditambah dengan rambut gimbal serta ukuran tubuhnya yang tidak normal, lebih pendek, Laisa sesungguhnya tipe kakak yang mendukung adik-adiknya, rela mengorbankan diri untuk keselamatan ‘dua anak nakal’ Ikanuri dan Wibisana dari siluman Gunung Kendeng, serta mati-matian mencari obat bagi kesembuhan adiknya Yashinta yang diserang demam panas hingga kejang pada suatu malam. 4aTere Liye a0070/0074/2025