Page 97 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 97

kelas yang satu ke kelas yang lain sampai tercapai suatu bentuk kelas yang
               sebenarnya,  yaitu  masyarakat  tanpa  kelas.  Jadi  matter  bagi  Marx-Engels
               lebih penting daripada ide.

               Nah,  dalam  Madilog,  Tan  Malaka  mencoba  mensintesiskan  kedua
               pertentangan  aliran  filsafat  ini  untuk  mengubah  mental  budaya  pasif
               menjadi  kelas  sosial  baru  berlandaskan  sains;  bebas  dari  alam  pikiran
               mistis. Melalui sains, mindset masyarakat Indonesia harus diubah. Logika
               ilmiah dikedepankan, pikiran kreatif dieksplorasi dengan langkah dialektis
               dari  taraf  perpindahan  gerakan  kelas  sosial  dari  tingkatannya yang  paling
               rendah  sampai  paling  tinggi  berupa  kelas  sosial  baru  yang  berwawasan
               Madilog.  Inilah  proses  "merantau"  secara  pemikiran  karena  berbagai
               benturan ide yang terjadi.

               Kedua, identitas budaya Minangkabau tentang konsep rantau. Nilai penting
               konsep rantau dalam budaya Minangkabau adalah mengidentifikasi setiap
               penemuan  baru  selama  merantau  demi  pengembangan  diri.  Karakter
               masyarakat  Minangkabau  adalah  dinamis,  logis,  dan  antiparokial.  Konflik
               batin  khas  perantau  ditepisnya  dengan  tradisi berpikir  rasional,  didukung
               dengan basis pendidikan guru, yang mengharuskan Tan menanamkan cara
               berpikir  yang  logis.  Sementara  itu,  merantau  adalah  juga  mencari
               keselarasan  hidup;  yang  tersusun  dari  dinamika  pertentangan  dan
               penyesuaian. Pandangan kebudayaan Minangkabau yang umum berlaku di
               masa  mudanya  membuatnya  memahami  baik  dinamisme  Barat  maupun
               dinamisme alam Minangkabau di dalam suatu cara pandang terhadap dunia
               yang terpisahkan (Mrazeck, 1999).

               Sebagai  sintesis  hasil  perantauannya,  Madilog  merupakan  manifestasi
               simbol  kebebasan  berpikir  Tan  Malaka.  Ia  bukan  dogma  yang  biasanya
               harus ditelan begitu saja tanpa reserve. Menurut dia, justru kaum dogmatis
               yang  cenderung  mengkaji  hafalan  sebagai  kaum  bermental  budak/pasif
               yang  sebenarnya.  Di  sinilah  filsafat  idealisme  dan  materialisme  ala  Barat
               dan  konsep  rantau  disintesiskan  Tan  Malaka.  Lembar  demi  lembar
               ditulisnya  di  bawah  suasana  kemiskinan,  penderitaan,  dan  kesepian  yang
               begitu ekstrem. Namun Madilog-lah yang menjadi puncak kualitas orisinal
               pemikiran  terbaik  Tan  Malaka  yang  dikumpulkannya  dari  Haarlem,
               Nederland  (1913-1919),  sampai  kelahiran  buah  pikirnya  itu  di  Rawajati
               (1943).















                                                   95
   92   93   94   95   96   97