Page 9 - untitled137.tif
P. 9
2
tersebut rata-rata berbentuk panggung, sebagai bentuk khas
rumah-rumah adat di Jawa Barat.
Pak Elom dapat dikatakan sebagai orang yang berhasil.
Luas sawahnya, luas ladangnya, bergerombol sapi dan
kerbaunya. Lumbung padinya menggelembung, berderet
sampai lima-enam baris. Penyebab dirinya demikian, sama
sekali bukan dapat dari warisan. Sungguh, dia mendapat-
kannya dengan kegigihannya bertani. Sedikit pun tak terselipi
barang orang lain.
Tapi sudah sifat manusia, ada saja kekurangannya, Pak
Elom terlalu "matre". Perasaan kaya menjadikan dirinya takut
kehilangan, takut jatuh miskin. Jadilah, ia seorang yang sa-
ngat pelit. Padahal, masa kanak-kanaknya menjadi sanjung-
an setiap orang karena kebaikannya.
Pak Elom dikatakan orang-orang sebagai "si Bakhil"
atau "si Korun". Julukan itu disebabkan cara makannya saja
yang memanfaatkan beras murah yang sudah hancur dan
bercampur gabah. Lauknya ikan asin peda seekor, tersisa
sampai tiga-empat hari. lkan asin itu mula-mula dipepes
dibungkus daun labu, pantang dimakan habis pada ke-
sempatan pertama. Besoknya pepes itu dihangatkan lagi
dicampur ampas tahu. Penghabisan, ketika peda itu tinggal
duri-duri dan kepalanya saja, ditaruhnya di atas piring, lalu
dituangi air panas. Jadilah kuah pelengkap nasi. Demikian
menu makannya dipertahankan· sampai berhari-hari. Per-
buatan itu bagi dia sudah menjadi satu kenikmatan yang
besar.
Cara berpakaiannya, sungguh memalukan. Bajunya
sudah bertambal-tambal, picinya yang lusuh itu bersobekan
di tepi-tepinya. Mandi seminggu sekali. Di tiap cekungan