Page 14 - untitled137.tif
P. 14

7

      Sandi  asyik  sendiri  menimang-nimang  katepilnya  sambil
      tiduran.
            "Bapak!" sapa Ambu Elom pada suaminya,  "Tadi siang
      saya melihat Ujang Onon putra Mas. Parta, naik sepeda lewat
      depan  rumah  ...  dan  saya  kaget  benar.  Mengapa  'tu  anak
      cepat  besar!  Semula  tak  menyangka  bahwa  dia  itu  Ujang
      Onon, lantaran pangling. Dulu sewaktu diantarkan sekolah ke
      Bandung sih,  masih  kecil  benar."
            Sa hut  Bapak  Elom,  "Ah,  . . .  benar,  anak-anak  zaman
      sekarang mah cepat besarnya  ... !"
            "Punten!' tiba-tiba seseorang memberi salam dari luar.
            "Mangga  calikf' jawab Bapak Elom.
            "Silakan duduk, masuk ke dalam," tambah Ambu Elom.
            Pintupun terbuka, masuklah orang yang mengetuk pintu
      tadi.
            "Wala-walaaah ... , ternyata Kang Emad! Coba, Bu, gelar
      tikar dan bikin kopi panas!" perintah  Pak Elom.
            "Seta mat berjumpa! Rasanya ... sudah lama sekali, ya?
      Kemana saja?" tanya Ambu Elom  sambil menggelar tikar.
            "Begitulah!  Akang  ini  kan  ikut-ikut  Juragan  Said,  ke
      Betawi.  Menyaksikan  perkara  "Si  8os" dengan  saudaranya,
      Juragan Haji Gofur, ke  pengadilan hukum perdata."
            "0  .. .  iya,  bukannya  perkara  itu  sudah  diselesaikan
      secara damai, kok tiba-tiba hangat lagi? Bagaimana akhirnya
      Kang?  Saya  ingin tahu ceritanya," tanya  Pak Elom.
            Maka, berceritalah Kang Emad tentang pengalamannya
      dari  awal  hingga  akhir,  tentang  majikannya  yang  menang
      perkara di Pengadilan Negeri Bandung. Setelah selesai,  Pak
      Elom  bertanya.
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19