Page 16 - untitled137.tif
P. 16
9
"Duilah. Kalau begitu, Juragan Haji ini sedang ber-
bunga-bunga hatinya ... dapat rezeki nomplok ganti rugi Rp1
milyar. Begitulah, dasar pembawaan orang kaya, ada saja
jalan menambah pada kekayaannya itu. Jangan-jangan,
nambah lagi istrinya? Hua haha haha haha .... Bukankah
sekarang sudah tiga?" tanya Pak Elom tertawa geli.
"Hah ... , hah hah hah ... hal" Kang Emad balas tertawa,
sambil menepis lutut Pak Elom, terus berkata, "Kalau me-
nurut peribahasa, Akang ini serasa pucuk dicinta ulam tiba.
Kemana barusan si Eneng?" ·
"Ke dapur, lagi memasak air sama ibunya. Emang ada
apa nanya-nanya si Elom?" tanya Pak Elom tak mengerti.
"Akang ini ... , sebabnya datang ke sini ... bukan tanpa
tujuan. Akang membawa pesan Bas Said itu," jawab Kang
Emad. Lalu melanjutkan agak serius. "Sekiranya disetujui
oleh engkau berdua ... dan cocok dengan yang bersangkut-
an, anak gadismu itu akan dilamar oleh Juragan Haji Said. Ia
akan dijadikan istri keempat! Nah, ini sebagai tanda
pengikat." Brusss ... ! Setumpukan uang sebanyak Rp10 juta
dijatuhkan ke atas tikar oleh Bang Emad.
"Tapi ... nanti dulu. Apakah ... di sini sudah ada peminat
si Eneng? Tapi eu ... , itu tak boleh jadi, uang itu tak boleh
dijadikan pemutus!" kata Pak Elom sambil menunjuk uang di
atas tikar.
"Tadi saya bilang, bila disetujui orang tuanya serta
cocok dengan yang bersangkutan, sudah cukup! Sebab yang
bersangkutan sih ... wajib menuruti segala perkataan orang
tuanya. Tak perlu ditanya panjang-panjang. Kata orang, tahu
besok kawin pun, tak ada halangan apa-apa. Sebab kita
orang tua yang punya kewajiban. Bukankah begitu?" tanya