Page 17 - untitled137.tif
P. 17

PERPUSTJ\KAAN

          10                                        PUSAT ·BAHASA
                                                 DEPARTEMEN PENDIIJIKAN NASIONAL
          Bang  Emad  lagi  menambahkan.
               "Kalau  Bapak  sih  ...  tinggal  mendoakan  saja.  Senang
          sih senang, tapi entah kenapa, hati ini kok ragu, ya? Jangan-
         jangan Juragan Haji memperistri anak saya ini  hanya untuk
          sementara  saja,  tidak untuk selamanya.  Buktinya,  di  mana-
          mana  sudah  banyak  bekas  istrinya  itu,  baik  yang  asalnya
         janda  maupun  yang  perawan.  Nah,  itulah  yang  membuat
          ragu," jawab Bapak Elom  mengemukakan keraguan.
               "Kenapa  ... ?  Kenapa  harus  begitu  Pak  Elom?  Per-
          cayalah  . ..  Haji  Said  kali  ini  tak  akan  mengecewakan  si
          Eneng," jawab Kang Emad meyakinkan keraguan Pak Elom.
               Lalu, Bapak Elom  melanjutkan.
               "Semakin tipis kepercayaan ini, bila ingat pada Nyi lpik,
         anaknya Majasik. Kalau tak salah,  dalam kenyataannya, dia
         dikawin oleh Juragan Haji itu hanya sebulan setengah.  Hmh
         . . .  bagaimana  rasanya  bila  anak  sendiri  sampai  begitu?"
         tanya  Pak Elom 'sambil  memandang wajah tamunya.
               Akan  tetapi,  disebabkan  demikian  menariknya  cerita
         Kang  Emad,  reka-perdayanya  itu  masuklah  ke  dalam  hati
         Pak Elom.  Akhirnya  lamaran diterimanya . .
               Setelah  selesai  bagian  penting  pembicaraan  Kang
         Emad dengan Bapak Elom, muncullah dari pintu dapur Ambu
         Elom  membawa  poci.  Kemudian  menyusul  Nyi  Elom  me-
         nating nampan berisi kue-kue. Ketika jamuan sudah di de pan
         tamu, Ambu Elom  menyilakan.
               "Bang,  silakan  dicicipi.  Enggak  ada  apa-apa,  maklum
         orang kampung. Tak ada makanan bagus. Enggak seperti di
         Bandung.  lni  mah  sekadar lumayan saja,  sekadar penawar
         perut kosong," tambah Ambu Elom.
               "Ah!  Kenapa  harus  merepotkan  ...  dan  mesti  gimana
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22