Page 22 - untitled137.tif
P. 22
15
"Bagaimana cerita tadi malam, berhasil?" tanya Haji
Said.
"Kabar bagus, Pak Haji!" jawab Kang Emad.
"Coba ceritakan, bag us bagaimana?" perintah Haji Said.
Kang Emad pun berceritalah tentang kunjungannya ke
rumah Bapak Elom tadi malam dari awal sampai akhir.
Malah, ia melebih-lebihkan ceritanya itu supaya lebih menarik
hati. Hal itu menyebabkan Haji Said tertawa terpingkal-
pingkal. Sampai-sampai destarnya terlepas tak terasa. Di
saat tertawa, mulutnya terlihat gelap melompong karena
semua giginya sudah ompong. Saking nikmatnya tertawa, dia
pun tersedak sampai terkentut-kentut.
"Bagaimana coba ... , bila dibandingkan dengan ke-
cakepan Anom ke-3?" tanya Haji Said.
"Yaaa ... , Agan! Anom ke-3 itu kan susah tandingan
dalam kecantikannya. Tapi sama yang ini mah, bukan me-
nyepelekan ... , tak sampai seujung kukunya. Baik kecantik-
annya, juga gerak-geriknya. Lebih ... , lebih ... , pokoknya
serba lebih semuanya. Cara Nyai Elom berjalan ... ? Hmh ...
melenggang-lenggok seperti seekor macam berjalan. Ah,
pokoknya hataaaam, kata orang Garut mah!" jawab Bang
Em ad
"Kalau begitu Mad, jadi dong kaulan saya sama kamu.
Dulu kan saya bilang, kalau sukses, uangmu akan turun satu-
satu. Uang yang kamu jalankan itu, dalam tempo setahun
menjadi satu-dua berikut bunganya. Besarkan? Sarna yang
lain sih, tetap sepuluh-dua belas, seperti aturan biasa," kata
Haji Said menghitung utangan yang dipinjam Kang Emad
sebagai upah.
"Terima kasih, Juragan. Kebaikan Agan saya junjung ke