Page 27 - untitled137.tif
P. 27

20

          baik dan bahagia."
                "Yang begitu untung namanya, Ayah. Kebetulan sama-
          sama  cintanya,  sama-sama  mudanya.  ltulah  yang  disebut
          berjodoh.  Orang  tua  setuju  dan  yang  bersangkutan  cocok,"
          jawab Neng  Elom.  Lalu,  ia melanjutkan pembelaannya.
                "Bagaimana  kalau  kebetulan  tak cocok?  Yaaa,  seperti
          saya  ini,  hanya  dapat  Datuk  Meringgih.  Bagaimana  bisa
          harmon is bersuami:-istri karena memang bukan pasangannya.
          Hal itu, sama juga dikawinkan dengan kakek sendir"i.  Hmhhh,
          maafkan  saya,  Ayah.  Saya  tidak  bersedia  ... !"  jawab  Neng
          Elom memberi keputusan.
                "He,  dasar anak tak bisa  diatur .... Coba  dengar yang
          baik.  Kamu  bersuamikan  dia  itu  tentu  takkan  sampai  ke-
          kurangan  harta  bend  a.  Mau • sekolah  lagi  juga,  kamu  bisa.
          Suatu  saat  nanti,  bila  Haji  Said  mati,  kamu  tentu  dapat
          warisan  yang  banyak.  Bisa  jadi  nambah.  Sebab,  dia  tidak
          punya  anak sama  sekali.  Selain itu,  kamu tentu  akan  hidup
          terhormat.  Walaupun  kita  bukan  turunan  berpangkat,  kalau
          kaya,  kita  takkan  sampai  tidak  dihargai  orang.  Pendeknya,
          mau tak mau,  dipaksa,  kamu  harus nurut sama  orang  tua,"
          seru  bapaknya yang berbicara masih dalam kemarahannya.
                Dikabarkan  esoknya,  Neng  Elom jatuh  sakit, sakit  ulu
          hati.  Hal itu disebabkan, dia menyesali sikap bapaknya yang
          tidak mau menerima alasan penolakannya.  Semakin tipislah
          harapannya untuk berjodoh dengan Ujang Onon.
                Singkat  cerita,  akibat  sakit  selama  empat  betas  hari,
          Neng Elom akhirnya meninggal. lbu-bapaknya terlihat sangat
          berprihatin, kecewa, dan sangat bersedih ditinggal mati anak
          perempuan satu-satunya.
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32