Page 31 - untitled137.tif
P. 31

24

              "Kalau  begitu,  supaya  ngobrolnya  enak,  mari  kita  ke
        rumah!" ajak Jang Onon.
              "Ah,  ini  sudah terlalu sore dan takut hujan.  Tuh  di atas,
        mendung sudah berat begitu," jawab Asmawi.
             · Setelah  itu,  keduanya  lalu  berpisah  ke  tujuan  masing-
        masing.
              Jang Onon sejak menerima kabar kematian Neng Elom,
        roman  mukanya  berubah  drastis.  Kalau  kurang tabah,  pasti
        berakibat fatal.
              Namun, karena pada dasarnya Ujang Onon orang yang
        berpendidikan,  ia  tidak  terbawa  suasana  duka.  Kesedihan
        hatinya tertutup dengan hobinya membaca. Dengan bacaan-
        nya yang luas, ia mengambil contoh-contoh yang positif bagi
        ketenangan jiwanya.
              Sudah  dua  tahun,  Neng  Elom  meninggal.  Atas  ke-
        hendak  Yang  Mahasuci,  Ambu  Elom  mengandung  lagi.
        Bapak  Elom,  yang  semula  berwatak  pelit,  berubah  seratus
        delapan  puluh  derajat.  Hampir setiap  hari  Jumat,  ia  meng-
        adakan  kenduri,  menyukuri  istrinya  yang  mengandung  lagi.
        Sifatnya  yang  pelit  itu  hilang  setelah  mendapat  ajaran  dari
        Kiai  Sadang.
              Kata  Kiai  itu,  "Dunia,  kalau  salah  memanfaatkannya,
        akan  menyiksa.  Oleh  sebab  itu,  jangan  terlalu  duniawi,
        jangan  terlalu  mencintai  harta  benda.  Tapi  jangan  salah
        paham,  agama melarang orang  untuk kaya:
             Asal  mula yang  menjadi  lantaran  Pak Elom datang  ke
        tempat Kiai  itu  adalah sebagai berikut.
             Sejak kematian Neng Elom, anaknya, dirinya tak putus-
        putusnya  mencari  penawar  atau  obat,  bagaimana  caranya
        agar jangan terus-menerus ingat kepada anaknya almarhum.
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36