Page 23 - untitled137.tif
P. 23

16

         atas kepala," jawab Kang  Emad.
               "Bagaimana waktunya,  apa  sudah dihitung-hitung oleh
         Pak Elom?" tanya  Haji Said.
               "Justru  belum.  Pak  Elom  mungkin  hanya  menerima
         putusan Agan Haji  saja," jawab Kang  Emad.
               "Kalau  menurut  hari  baik  sih,  acaranya  harus  dalam
         bulan  Rayagung  tanggal  12.  Jadi,  kira-kira  tinggal  sebulan
         lagi dari sekarang.  Sekarang  Hapit tanggal  10 'kan?'' jawab
         Haji  Said.
               "Barangkali," jawab Kang  Emad  malas menghitung.
               "E-e-eh!  Kalau  dipakai ngobrol sih, hari  rasanya cepat
         sekali.  Tuh  lihat,  sudah  pukul  1.00,  saatnya  sembahyang.
         Jadi,  begitu  saja.  Bila  sudah  dekat  waktunya,. kamu  tentu
         kupanggil lagi," kata  Haji Said  berencana.
               Merekapun pulang  ke  rumah  masing-masing.
               Sementara itu,  semenjak pacaran,  Ujang Onon hampir
         setiap minggu pulang ke rumahnya. Pas di depan warung es,
         harus  berhenti.  Sebab,  Neng  Elom  biasanya  ada  di  situ,
         sedang bertandang di warung bibinya. Tentang perhatiannya
         pada  Ujang  Onon,  ia  meminta  bibinya  supaya  jangan  di-
         ceritakan  kepada  orang,  bahkan  kepada  bapaknya  dan
         emaknya.
               Pada suatu hari, hari itu Minggu, Jang Onon pulang ke
         kampungnya. Begitu sampai di warung itu, Neng Elom sudah
         ada  di  sana.  Ia  sedang terbengong-bengong  dengan wajah
         menghiba,  pucat,  dan kehilangan  semangat.
              "Akang  heran,  kenapa  wajahmu  lain  dari  biasanya.
         Sakit?" tanya  Ujang Onon.
              "Ah, enggak. Enggak apa-apa,"  sa hut Neng  Elom  me-
         nutupi.
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28