Page 68 - untitled137.tif
P. 68
61
"Gan ... kasihan, Gan, ... minta uang buat makan!?"
ratap Bung Santri sambil menadahkan tangannya.
"Bu! ... ada musafir, Bu! Dia Japar katanya ... !" seru se-
orang anak perempuan kecil berumur tiga tahun.
"Mana, ... di mana musafirnya? Tuh kasih receh!"
perintah ibunya dari dalam.
Tapi, tiba-tiba, anak kecil tadi sudah muncul dengan
membawa sepiring nasi komplit dengan lauk pauknya dan
diberikan lepada peminta-minta itu.
"Nuhun, ... Neng, katampi!' kata pengemis.
Musafir itu menerima nasi lalu dimakannya di sudut
halaman dekat pohon talas hias. Entah perasaan apa yang
muncul, di antara pengemis dan anak kecil ini tiba-tiba timbul
rasa yang aneh. Keduanya seolah sudah saling mengenal
sebelumnya. Padahal baru bertemu saat itu saja.
Secara kebetulan waktu itu sebuah dokar berhenti di
depan rumah itu. Lalu turun penumpangnya yang ternyata
Ujang Bandi si empunya rumah gedung.
"Bapak pulang!" seru si anak perempuan kecil, sambil
berlari keluar menyongsong bapaknya.
Si peminta-minta yang sedang makan ketika melihat
pribumi datang, terlihat kaget setengah mati. Sementara se-
telah membayar dokar, si bapak mengangkat anak kecil itu
ke pangkuannya· sambil berjalan mem.Jju ke pintu rumah. Ia
juga merasa kaget ketika dilihatnya seorang musafir duduk
bersila di sudut halaman, yang juga sedang memperhatikan
dirinya.
"A . . . a, adik Kurnia ... ?" tanya pribumi terbata-bata
"Akang Sandi?" balas musafir tak kalah heran.