Page 63 - untitled137.tif
P. 63

56

              akhli bahasa, tulisan pun ceker ayam, sejelek pengirim-
              nya, mohon  maafkan nanti jumpa lagi.


                                                      Yang  menanti,
                                                      Enden  K.


              "Aduuuuuuh! Mungkin inilah permatanya surat," kata si
        Kurnia setelah  mendengarkan surat panjang  Enden  Kori.
              "Memang  tak  penasaran  berkorban,  nantinya  kembali
        juga,  bila  sudah  menikah.  Kan  barang  istri  barang  suami
        juga?" tanya Wasita.
              "Betul, memang begitu,  Mang! Tapi gimana nih,  sudah
        enggak punya uang? Yang tinggal hanya sawah empat bahu
        lagi," tanya Kurnia memelas.
              "His,  gampang,  baiknya  jual  lagi  aja,  buat  memenuhi
        permintaan  Enden," saran Wasita.
              "Begitu,  saya hanya  mengikut saja," jawab Kurnia.
              "Ujang!  Jangan  ragu-ragu.  Kan  ceritanya  sekarang
        Ujang sedang  menjerat.  Uang yang  keluar nanti datang lagi
        berlipat-lipat. Apalagi dapat Enden. Bukan untung tuh! Hanya
        permintaan  Emang,  jangan  sekali-kali  Ujang  membuang
        Emang bila sudah bercerita dengan Enden, Juragan Wedana
        tak sampai tiga tahun  lagi juga akan  meninggal, mengingat
        sudah  parah  penyakitnya. Warisan jatuh kepada  sang  anak
        semua.  Coba,  sawahnya  saja  150 hektar,  belum  lagi  uang
        dan toko di pasar," jawab Wasita panjang  Iebar.
              "Kepada siapa dijualnya?" tanya Kurnia.
              "Kita  harus begini,  sawah  akan  kita  jual kepada  Rama
        Juragan Pangsiun sendiri. Memang, sungguh lucu, sekarang
        kita  jual,  nanti  bila  Rama  sudah  meninggal,  kembali  lagi
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68