Page 60 - untitled137.tif
P. 60

53










                       8.  KEMURAHAN  TUHAN






            Surat bersampul merah jambu ini wakil dariku, sebagai
      tanda  menjumpai, ke hadapan Eneng yang cantik.
            Sejak bertemu denganmu di pasar, tak pernah terlupa.
      Terbayang  saja  dalam  kepala,  tergambar  dalam  angan-
      angan,  terayun-a1un  dalam  jantung,  melepuh  dalam  rabu,
      menelusuri jalur darah,  raga dan sukma terasa melayang di
      awang-awang.
            Makan tak enak,  minum terasa tuak,  nasi dingin ibarat
      ampas,  tak  terasa  apa-apa,  bila  malam  sering  mimpi,  me-
      mimpikan  dikau  yang  kujumpai  di  toko,  menunjuk  barang
      dengan telunjuk lentik, terdengar suaranya  merdu  menusuk
      kalbu.
            Mungkin  aku  bertepuk  sebelah  tangan,  siapa  tahu
      engkau  lupa,  tak  ingat  seujung  jari,  padaku  yang  prihatin,
      dasar bukan tandingan,  katak hendak menjadi lembu,  ibarat
      ketimun  lawan  durian,  burung  pungguk  merindukan  bulan,
      begitu kata  peribahasa.
            Sekalipun begitu, hati takkan mundur, siapa yang meng-
      halangi,  mudah-mudahan  saja  dipungut  ayahmu,  lumayan
      buat bujang, atau buat penyabit rumput,  suka-rela setengah
      mati meladeni.
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65