Page 61 - untitled137.tif
P. 61

54


             Sekian saja dulu, air mata keburu keluar, merembes tak
       tertahan.  Serta  ini  kupersembahkan  satu  permintaan,  se-
       pasang gelang,  semoga berkenan, kutunggu jawabannya.
             Demikian  bunyi  surat  Kurnia  yang  akan  dibacakan
       Enden Kori.
             "Gimana,  bagus enggak kalau  begitu?" tanya Wasita.
             Jawab Kurnia,  "Tentu saja,  lebih dari setuju, Kang!"
             Padahal,  surat  itu  sesungguhnya  teguran  Wedana
       Pengsiun  ayah  Enden  Kori  buat  Wasita  yang  melanggar
       etika, berbunyi demikian:


             Ke  had a pan  Wasita, .
                    Saya  teramat heran,  dapat kabar bahwa  kamu
             dari penggarap sawah  sudah berani memunguti uang
             rakyat sebahu  Rp50 ribu.  Menurut pendapat saya,  tak
             pantas benar. Bukannya menolong kepada sesama, ini
             malah mengisap.
                                                  Hormat saya,
                                                  Wedana Pensiun


             Kemudian Wasita berpamitan pulang, sambil membawa
       surat dan sepasang gelang terbungkus saputangan.
             Esoknya, Wasita sudah kembali lagi ke hadapan Kurnia.
       Ia membawa oleh-oleh yang terbungkus saputangan kemarin
       itu.
             "Nih, rokok pemberian Enden. Tak pernah gagal orang
       tua  mah.  Coba cicipi," katanya tenang.
             Maka dihisapnyalah rokok itu, asapnya yang keluar dari
       mulutmya membumbung bergulung-gulung ke atas.
             Wasita  berkata, "Gimana? Terasa  sedapnya, apa  ada
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66