Page 62 - untitled137.tif
P. 62

55


      sir-nya?"
            "lyalah!" jawab Kurnia pendek.
            "Ni  dia  surat  balasan  dari  Enden,  saya  baca  kembali
      ya?" kata Wasita yang lalu  membaca surat sebagai berikut.


                 Kuterima  surat  dalam  keadaan  bahagia.  Engkau
            ternyata begitu orangnya. Tak ada pertimbangan, dasar
            sama orang  hina,  lama nian sejak dulu, tak ada kabar
            be rita.
                 Sesungguhnya diriku ini, sejak berjumpa itu, siang
            malam selalu teringat,  satu detik pun tak terlupa~ tetap
            cinta tak pernah putus, badan menjadi kurus, tergila-gila
            terhadapmu. Seumpama tinggal sehari lagi, tak sempat
            menerima  surat,  biar  aku  mati,  sebab  rindu  padamu,
            yang  bisa  menyihir  birahi  dan  menggunai-gunai,  ku-
            benci tapi  kurindu.
                 Gelang  emas  kiriman  itu,  kuterima  dengan  baik,
            sebelum  kucoba  memakainya,  kuciumi  dulu  sebentar,
            tanda  salut  padamu,  ketika  semburat  senja  makin
            matang,  berkilauan  cahayanya.  Susah  membalasnya
            bagiku,  sebagai tanda  balasan,  lumayan hanya  rokok,
            dengan  tembakau  buruk,  malu dan  sungkan  rasa  diri,
            potret nanti menyusul, takut engkau cepat bosan.
                 Surat kusimpan  kujaga  baik-baik, di dalam lemari
            pakaian, ditebari wewangian, juga pewangi sumarsana,
            eros gulo tunjungtutur, melati dan cempaka. Tambahan
            pula,  itu  pun  harap  jangan  marah,  pabila  berkenan,
            melengkapi  gelang,  ingin  pasangannya  peniti  berlian,
            harganya tinggal tanya di toko Rich &  Co.
                 Suratnya  tak  ditandatangani  karena  malu,  bukan
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67