Page 10 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 10

y
                           i
                           i
                        n
                         n
                          y
                             T
                              a
                              a


                            T
                  a
                   n
                   n
                  l
                  l
                  a
                      S
                       u
                       u


                      S
                                m
                                         B
                                         B
                                           a
                                        i


                                             a
                                             a
                                              h
                                           a
                                            y
                                            y


                                    d
                                m
                                  u
                                  u
                                       r
                                       r
                                        i
                                    d
                                     a
                                      a
                a
               J J
               Jalan Sunyi Tamu dari Bayah
                a
               Jalan Sunyi Tamu dari Bayahh


               IA  memperkenalkan  dirinya  sebagai  Ilyas  Hussein.  Datang  dari  Bayah,
               Banten  Selatan,  pria  paruh  baya  itu  bertamu  ke  rumah  Sukarni  di  Jalan
               Minangkabau,  Jakarta,  awal  Juni  1945.  Di  sana  sudah  ada  Chaerul  Saleh,
               B.M.  Diah,  Anwar,  dan  Harsono  Tjokroaminoto.  Tamu  jauh  itu  hendak
               menghadiri kongres pemuda di Jakarta.

               Memakai baju kaus, celana pendek hitam, dan topi perkebunan ditenteng di
               tangan, tamu itu disambut tuan rumah. Setelah sedikit basa-basi, Hussein
               menyampaikan  analisisnya  tentang  kemerdekaan  dan  politik  saat  itu.
               Situasi memang lagi genting. Penjajah Jepang sudah di tubir jurang.

               Ulasan  Hussein  tentang  proklamasi  membuat  Sukarni  terpukau.  Pikiran
               Hussein  sama  persis  dengan  tulisan-tulisan  Tan  Malaka  yang  selama  ini
               dipelajari  Sukarni.  Setelah  mendengar  analisis  Hussein,  Sukarni  makin
               mantap: proklamasi harus segera diumumkan.

               Sejarah  mencatat,  Hussein  adalah  Ibrahim  Sutan  Datuk  Tan  Malaka yang
               tengah menyamar. Sejak awal Sukarni curiga, tamunya tak mungkin hanya
               orang  biasa-meski  ia  tak  berani  bertanya.  "Ia  heran,  bagaimana  mungkin
               orang sekaliber Hussein hidup di wilayah terpencil," kata sejarawan Belanda
               Harry A. Poeze.

               Karni  malah  waswas.  "Ia  takut  kalau  Hussein  mata-mata  Jepang,"  kata
               Anwar  Bey,  bekas  wartawan  Antara  dan  koresponden  Buletin  Murba.
               Kekhawatiran yang campur aduk memaksa Sukarni memindahkan rapat ke
               rumah Maruto Nitimihardjo di Jalan Bogor Lama-sekarang Jalan Saharjo,
               Jakarta Selatan. Sebelum pergi, Sukarni meminta tamunya menginap satu
               malam. Hussein tidur di kamar belakang.

               Pada  saat  rapat,  analisis  Hussein  mempengaruhi  pikiran  Sukarni.  Ide-ide
               Hussein dilontarkannya dalam rapat. "Sukarni mendesak proklamasi jangan
               ditunda," kata Adam Malik. Para pemuda setuju.

               Sepulang  rapat,  Sukarni  masih  penasaran  pada  Hussein.  Tapi  lagi-lagi  ia
               ragu  bertanya.  Sukarni  baru  bertemu  besok  paginya  ketika  tamunya  mau
               pulang.  "Ia  berpesan  agar  Hussein  mempersiapkan  pemuda  Banten
               menyongsong proklamasi," kata Anwar Bey, kini 79 tahun.

               Kesaksian  itu  terungkap  pada  saat  Sukarni  memberikan  sambutan  dalam
               acara  Sewindu  Hilangnya  Tan  Malaka  di  Restoran  Naga  Mas,  Bandung,
               Februari 1957. Anwar Bey malam itu hadir di sana.

                                                    8
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15