Page 45 - untitled137.tif
P. 45
38
langgeng dunia-akhirat," kata Kiai berpetuah.
Lalu Kiai melanjutkan, "Kanjeng Nabi mewajibkan, baik
laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu yang ber-
manfaat, buat bekal di dunia dan di akhirat. Caranya ber-
macam-macam, bisa lewat sekolah dan bisa lewat pesantren.
Sekarang bagaimana kabarnya anakmu? Katanya se-
kolahnya tak selesai? Kalau begitu, coba suruh masuk
pesantren, jangan dibiarkan begitu saja, kasihan!
Saya tak memaksa supaya anakmu dipesantrenkan di
tempat saya, Bukan itu! Maksud saya adalah untuk semen-
tara asal masuk saja dulu ke pesantrer,1. Kemana bakatnya
nanti, itu urusan . nanti. Supaya anak itu dalam hidupnya
punya ilmu, jangan sampai buta sama sekali, sebab orang
bodoh sang at direndahkan di dunia," kata Kiai menutup
anjurannya.
"Eh, sesungguhnya perkataan Kiai barusan sudah
terasa oleh saya. Hidup tanpa ilmu itu gampang tertipu.
Masalah anak saya, saya serahkan saja pada Kiai. Saya
sebagai orang tuanya mau diputihkan atau dihitamkan
terserah Kiai saja, nun," jawab Bapak Elom.
Saat itu pintu terbuka, muncullah Ambu Elom, dia ber-
kata, "Ayo pada makan dulu, tapi maaf tak ada lauknya,
nun."
Maka makanlah sang Kiai dan Bapa Elom bersama-
sama menyantap pepes ikan. Sehabis makan, muncul
penganan untuk cuci mulut. Sambil menikmati makanan
ringan, Kiai terus melanjutkan ceritanya.
"Jadi, begitulah. Bila Adi percaya sama Akang, silakan
saja. Mudah-mudahan Akang bisa mengajari dan mendidik
anakmu. Silakan segera menghitung hari baik, kalau mau