Page 48 - untitled137.tif
P. 48
41
besar. Jadi ikut senanglah si Kurnia, terus perolehan itu
dibaginya menjadi dua bagian.
Besoknya, main lagi juga. Tapi sekarang si Kurnia juga
ikut main. Kebetulan saat itu menang lagi, tentu saja mem-
buat keduanya menjadi semakin senang. Malah sekarang di-
tambah dengan main kobak (permainan kemiri di lobang
tanah) dan kep/ek (gaple).
Perihal Kurnia, belajar mengajinya menjadi semakin
tidak teratur. Sudah keadaan otaknya payah, tambah-tambah
tidak punya minat.
Pad a suatu waktu, Kurnia kalah main, panaslah hatinya.
Mau menebus kekalahan, sudah tak punya modal. Dia hanya
bisa terbengong-bengong dalam kebingungan. Ia lalu menjual
totopongnya (tutup kepala) yang sedang dipakai. Uang itu
langsung dipakai main keplek dan kobak berduaan. Tapi
dasar lagi naas, maka ludas lagilah. Setelah itu baru mereka
pulang.
Sesampainya di pondok, secara kebetulan komandan
santri melihat keduanya pulang dalam keadaan hanya ber-
celana kolor saja. Dia sudah tahu bahwa ikat kepalanya pun
sudah dilegonya, uangnya buat main judi. Kabar itu didapat
dari kawannya yang baru pulang dari pasar.
Pimpinan santri lalu menghadap kepada Kiai melapor-
kan kelakuan kedua anak itu. Kiai teramat masygulnya.
Setelah itu, sorenya, Kiai memanggil para santri untuk
memberi wejangan hal peraturan hidup di dunia.
Ucapan Kiai, "Yang terpenting dari peraturan kehidupan
... , hmm ... , ada tujuh perkara yang semuanya dibentuk oleh
huruf 'M'. Tapi sekarang saya akan membahas satu perkara
saja dulu. Dari yang satu perkara itu berpencar menjadi ber