Page 35 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 35

Suatu  saat, Tan  pernah  diminta  mengurusi  data  pekerja.  Dia  sering
               berhubungan  dengan  romusha  dan  mencatat  jumlah  kematian
               mereka.  Dalam  memoarnya,  Tan  mencatat  400-500  romusha
               meninggal  setiap  bulan.  Hingga  akhir  pendudukan  Jepang,  luas
               tempat pemakaman romusha mencapai 38 hektare.

               Keluar-masuk  terowongan  dan  memberikan  nasihat  pentingnya
               kesehatan,  Tan  dikenal  sebagai  kerani  yang  baik  hati.  Dia  suka
               membelikan  makanan  buat  romusha  dari  upahnya  sendiri.  "Kita
               dapat  mempraktekkan  rasa  tanggung  jawab  terhadap  golongan
               bangsa Indonesia yang menjadi korban militerisme Jepang," kata Tan
               suatu ketika.

               Di  dalam  perusahaan,  dia  selalu  mengusulkan  peningkatan
               kesejahteraan romusha. Tan termasuk anti-Jepang, tapi tetap bergaul
               dengan  mereka,  termasuk  penjabat  direktur  Kolonel  Tamura.  Dia
               mencoba  berbicara  mengenai  kesejahteraan  pekerja,  tapi  upayanya
               sia-sia.
               Romusha mendapat upah 0,40 gulden (40 sen) dan 250 gram beras
               setiap  hari.  Uang  40  sen  hanya  cukup  buat  membeli  satu  pisang.
               Dalam  salah  satu  tulisannya,  Rencana  Ekonomi  Berjuang,  Tan
               mengatakan  hitung-hitungan  upah  romusha  hanya  di  atas  kertas.
               Tulisan itu dia buat di Surabaya pada November 1945.

               Di situ Tan melukiskan kondisi romusha di Bayah lewat percakapan
               dua  tokoh  cerita,  si  Toke  dan  si  Godam.  "Seratus  ton  arang  itu
               diperoleh  dengan  makian  bagero  saja.  Tanah,  mesin,  dan  tenaga
               romusha  pun  digedor,"  ucap  si  Godam.  Ringkasnya,  Jepang  sama
               sekali tidak mengeluarkan bayaran romusha.

               Tan  mencoba  menggalang  pemuda  untuk  memperbaiki  nasib
               romusha. Dia menggagas dapur umum yang menyediakan makanan
               bagi seribu romusha. Mereka membangun rumah sakit di pinggiran
               Desa  Bayah,  Cikaret.  Tan  juga  membuka  kebun  sayur  dan  buah-
               buahan di Tegal Lumbu, 30 kilometer dari Bayah.

               Peran  Tan  semakin  besar  ketika  dia  ditunjuk  sebagai  Ketua  Badan
               Pembantu  Keluarga  Peta-organisasi  sosial  yang  membantu  tentara
               bentukan Jepang, Pembela Tanah Air (Peta). Di bawah panji Badan
               Pembantu, Tan lebih leluasa mengadakan kegiatan kemasyarakatan,
               seperti pertunjukan sandiwara atau sepak bola.




                                                   33
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40