Page 31 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 31

w
                                  a
                                     a
                                   w
                  e
                   r
                                  a
                  e
                                     a
                              S
                                k

                              S
                               e
                                      n
                                k
                               e
                        D
                        D


                            a
                            a
                          u
                          u
                      a
                    i
                    l
                   r
                    i
                     y
                      a
                    l
                     y

               Gerilya Dua Sekawan
               G G
               Gerilya Dua Sekawann

               SLAMET Gandhiwijaya adalah aktivis Murba. Ia tinggal di rumah besar di
               dekat  stasiun  Kedungrandu,  10  kilometer  dari  Purwokerto,  Jawa  Tengah.
               Tan  Malaka  kerap  datang  sembunyi-sembunyi  ke  rumah  itu.  Di  sana,  dia
               kemudian bertemu dengan para tokoh Persatuan Perjuangan.

               Beberapa  kali  sepanjang  tahun  1946,  Tan  datang  khusus  untuk  menemui
               Panglima  Besar  Tentara  Keamanan  Rakyat,  Jenderal  Sudirman.  Perintis
               Gunawan, putra bungsu Slamet-kini 49 tahun-mendapat cerita pertemuan
               kedua tokoh itu dari ibunya, Martini.

               Setiap datang ke rumah itu, Soedirman selalu lebih dulu mencari Herman,
               sepupu  Perintis.  Sang  Jenderal  lalu  menimang-nimang bocah  itu  sebelum
               masuk  ke  ruang  makan.  Di  situ  ia  bertemu  dengan  Tan.  "Ibu  langsung
               disuruh keluar. Dia tidak boleh mengikuti pertemuan," kata Perintis.

               Harry A. Poeze, sejarawan Belanda yang banyak menulis buku tentang Tan,
               mengatakan kedua tokoh itu berhubungan dekat. Mereka bertemu pertama
               kali dalam Konferensi Persatuan Perjuangan di Purwokerto, Januari 1946.
               "Mereka mempunyai persamaan pendapat dan ideologi," katanya.

               Adam Malik, dalam buku Mengabdi Republik Jilid II: Angkatan 45, bahkan
               menyebut  Tan  dan  Soedirman  sebagai  "dwitunggal".  Ia  menyamakan
               hubungan kedua tokoh dengan relasi Soekarno-Hatta serta Sutan Syahrir-
               Amir Syarifuddin. Adam menilai Tan dan Soedirman memiliki urat dan akar
               di  kalangan  pemuda  radikal,  anggota  pasukan  Pembela  Tanah  Air,  dan
               bekas romusha. "Di bawah pimpinan Tan dan Sudirman, para pemuda itu
               menyerang pos dan kubu pertahanan Jepang," Adam menulis.

               Keduanya  juga  diikat  kesamaan  sikap:  menentang  jalan  diplomasi
               pemerintahan  Sutan  Syahrir.  Bagi  mereka,  "kemerdekaan  harus  seratus
               persen" dan "berunding berarti kemerdekaan kurang dari seratus persen".

               Jalan  oposisi  Tan  berbuah  penjara.  Menteri  Pertahanan  Amir  Syarifuddin
               memerintahkan  penangkapannya.  Pada  17  Maret  1946  beserta  beberapa
               pemimpin Persatuan Pergerakan, dia diringkus di Madiun, Jawa Timur. Tan
               dijebloskan  ke  penjara  Wirogunan,  Yogyakarta.  Dua  belas  pemimpin
               Barisan Banteng ditangkap dua bulan kemudian.

               Soedirman tidak tinggal diam. Ia memerintahkan Panglima Divisi III Mayor
               Jenderal  Sudarsono  membebaskan  semua  tahanan  pada  3  Juli  1946.
               Dengan  perintah  ini,  Sudarsono  dan  pasukannya  menyerbu  penjara
               Wirogunan. Aksi ini membuat marah Presiden Soekarno. Ia memerintahkan
               Letnan  Kolonel  Soeharto,  penanggung  jawab  keamanan  Yogyakarta-kelak
               menjadi presiden-agar menangkap Sudarsono.
                                                   29
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36