Page 33 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 33

n
                      i
                    a
                     n
                      i
                        y
                        y


                    a
                                       i
                                       t
                                      a
                                     a
                                       t
                   r
                   r
                 e
                 e
                                i
                                i
                               a
                               a
                                 k

                                   H
                                 k

                             B
                          n
                          n
                         a
                         a
                            g

                             B
                            g

                                   H
               Kerani yang Baik Hati
               K K
               Kerani yang Baik Hatii

               PENDENGARANNYA  tak  lagi  sempurna.  Ingatannya  pun  telah
               memudar.  Dia  hanya  menggelengkan  kepala  ketika  ditanyai  soal
               usianya.  Parino,  dalam  kartu  tanda  penduduk,  lahir  di  Purworejo
               pada  Februari  1917.  Sedangkan  data  Romusha  Kecamatan  Bayah
               mencatat nama Amat Parino kelahiran Purworejo 1924.

               Parino kini tinggal di Kampung Pulo Manuk, Desa Darmasari, Bayah,
               Banten Selatan-sekitar 230 kilometer dari Jakarta. Dia diboyong dari
               Purworejo,  Jawa  Tengah,  untuk  bekerja  di  bagian  lubang  tambang
               batu  bara.  Parino  tidak  tahu  persis  usianya  ketika  itu.  Yang
               diingatnya, "Saya belum menikah, tapi sudah disunat," ujarnya sambil
               tertawa.

               Bayah  menjadi  tempat  berkumpul  romusha  dan  pegawai
               pertambangan sejak Jepang mengeksploitasi tambang batu bara pada
               1 April 1943. Pada awal penambangan, sekitar 20 ribu orang datang
               dari  Jawa  Tengah  dan  Jawa  Timur,  termasuk  Parino.  Di  kawasan
               pesisir selatan inilah Ibrahim Datuk Tan Malaka singgah dan bekerja
               sebagai juru tulis.

               Tan Malaka datang ke Bayah pada Juni 1943. Dia dikenal masyarakat
               Bayah  dengan  nama  samaran  Ilyas  Hussein.  Parino  lamat-lamat
               mengingat  nama  Hussein  sebagai  seorang  kerani  atau  juru  tulis.
               "Kalau enggak salah, orangnya sangat pintar," kata Parino.

               Bayah  dengan  luas  sekitar  15  ribu  hektare  menjadi  satu-satunya
               tempat yang mengandung batu bara di Pulau Jawa sebelum Jepang
               datang.  Belanda  telah  memberikan  izin  membuka  tambang  kepada
               perusahaan swasta sejak 1903, tapi belum mengeksploitasinya.

               Sebelum 1942, kebutuhan batu bara di Jawa dipasok dari Sumatera
               dan Kalimantan. Namun angkutan pelayaran Jepang banyak terpakai
               oleh  kepentingan  perang.  Jepang  ingin  Jawa  mandiri  dalam
               memenuhi kebutuhan batu bara.

               Jepang  membuka  tambang  lewat  perusahaan  Sumitomo.  Mereka
               membuka  jalur  kereta  api  dari  Saketi,  Pandeglang,  menuju  Bayah-
               sekitar  90  kilometer.  Dari  Bayah,  kereta  bersambung  menuju  ke
               lokasi  penambangan  seperti  Gunung  Madur,  Tumang,  dan  Cihara.
                                                   31
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38