Page 37 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 37

Pertemuan  itu  untuk  memilih  dan  mengirimkan  wakil  Banten  ke
               pertemuan  Jakarta.  Tan-sebagai  Hussein-didaulat  menjadi  wakil
               Banten ke konferensi Jakarta.

               Pertemuan di Jakarta diadakan buat mempersatukan pemuda Jawa.
               Konferensi  gagal  terlaksana  karena  larangan  Jepang.  Tan  hanya
               berbicara sebentar dengan kelompok pemuda angkatan baru, seperti
               Harsono Tjokroaminoto, Chaerul Saleh, Sukarni, dan B.M. Diah.

               Kembali ke Bayah, Tan pindah tugas ke kantor pusat  dan mencatat
               data  mengenai  romusha.  Suatu  ketika,  Jepang  mengumumkan
               rencana pemotongan ransum. Tan lalu mengemukakan keberatannya
               dengan  berorasi  di  muka  umum.  Besoknya,  Jepang  membatalkan
               pengurangan ransum.

               Di  Jakarta,  pidato  Tan  itu  dikabarkan  menjadi  biang  kerusuhan.
               Romusha  melarikan  diri  dan  mogok  di  Gunung  Madur.  Kempetai
               (polisi  militer  Jepang)  di  Bayah  mulai  mencari  identitas  Hussein.
               Tapi penyelidikan terhenti karena posisi Jepang kian genting. Jerman
               sudah menyerang dan Rusia menyerbu Jepang pada 9 Agustus 1945.

               Tan melihat aktivitas orang Jepang mulai longgar. Dia memanfaatkan
               situasi itu untuk minta izin hadir dalam konferensi pemuda di Jakarta
               pada 14 Agustus. Dia menjadi utusan semua pegawai pertambangan
               dan mendapatkan surat pengantar untuk Soekarno dan Hatta.

               Sesampai di Jakarta, dia hanya bertemu sebentar dengan Sukarni. Dia
               tidak  mengetahui  drama  penculikan  Soekarno  dan  Hatta  ke
               Rengasdengklok.  Setelah  merdeka,  Tan  lebih  banyak  tinggal  di
               Jakarta.  Akhir  Agustus,  dia  pergi  ke  Bayah  mengunjungi  pemimpin
               Peta, Djajaroekmantara.

               Tan  Malaka  ke  Bayah  juga  punya  tujuan  lain,  yakni  mengambil
               naskah  Madilog  (Materialisme,  Dialektika,  dan  Logika).  Poeze
               mengatakan naskah itu tersimpan rapi tanpa diketahui siapa pun.

               Di  Bayah,  kegiatan  penambangan  berangsur  terhenti  sepeninggal
               Jepang.  Penduduk  membumihanguskan  Bayah  saat  agresi  militer
               kedua  Belanda  pada  1948.  Pemerintah  setempat  membuat  tugu
               romusha  pada  1950-an.  "Rasanya  dulu  lebih  ramai  ketimbang
               sekarang,"  kata  Haji  Sukaedji,  73  tahun,  warga  kelahiran  Bayah,
               kepada Tempo.

               Stasiun Bayah kini menjadi tanah kosong penuh ilalang....





                                                   35
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42