Page 42 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 42

Kendati  sudah  jauh  dari  Indonesia,  Tan  tetap  mengkampanyekan  aliansi
               komunis-Islam.  Dalam  Kongres  IV  Komunis  Internasional  di  Petrograd,
               Rusia, pada November 1922, Tan meminta mereka meralat sikap atas Pan-
               Islam.  Menurut  Tan,  Pan-Islam  merupakan  perjuangan  seluruh  bangsa
               muslim merebut kemerdekaan. "Jadi bukan hanya perjuangan kemerdekaan
               terhadap kapitalisme Belanda, tapi juga Inggris, Prancis, dan kapitalisme di
               seluruh dunia," katanya dalam bahasa Jerman. Aplaus panjang menyambut
               Tan pada saat turun panggung.

               Sayang, usaha Tan gagal. Perpecahan tak dapat dicegah. Kelompok Islam di
               Sarekat memaksa "orang-orang kiri" keluar dari partai. Kelompok pecahan
               ini kemudian menjadi Sarekat Islam Merah, yang terafiliasi dengan Partai
               Komunis.

                                                   ***
               Di  Partai  Komunis,  popularitas  dan  pengaruh  Tan  cepat  melesat.  Kurang
               dari  setahun  sejak  dia  diperkenalkan  Sutopo,  aktivis  Budi  Utomo, dengan
               Semaun  dan  Tjokroaminoto  dalam  Kongres  Sarekat  Islam  di  Yogyakarta,
               Tan sudah menduduki posisi puncak Partai Komunis.

               Terusir dari Indonesia pun tak membuatnya kehilangan posisi. Pada Januari
               1923,  Komunis  Internasional  memilih  Tan  sebagai  pengawas  untuk
               Indonesia,  Malaya,  Filipina,  Thailand,  Burma,  dan  Vietnam.  Namun,  ada
               saja yang tak setuju.

               Salah satunya Pieter Bergsma, pengurus Partai Komunis Indonesia. Dalam
               suratnya  kepada  Semaun,  Bergsma  menyatakan  telah  berusaha  mencegah
               penunjukan  Jep-panggilan  Tan.  Baik  Bergsma  maupun  Semaun
               berpendapat,  Tan  terlalu  cepat  mendapat  posisi  setinggi  itu.  Begitu  juga
               dengan  Alimin  dan  Musso.  Menurut  Alimin,  Komite  Eksekutif  Komunis
               Internasional  tak  pernah  memberikan  mandat  veto  kepada  Tan.  "Orang
               yang benar-benar jujur dan  paham  cara  kerja  seorang  propagandis bukan
               orang yang suka mengklaim dirinya penting dan punya kekuasaan," Alimin
               mengkritik Tan.

                                                   ***
               Sejak awal, perencanaan aksi pemberontakan terhadap penjajah Belanda itu
               berantakan.  Keputusan  tidak  dibuat  dengan  solid.  Menurut  Djamaluddin
               Tamin, rapat di Prambanan, Jawa Tengah, pada 25 Desember 1925-lah yang
               memutuskan  aksi  itu.  Yang  hadir  sebelas  kamerad,  termasuk  Alimin  dan
               Musso. Namun Alimin membantah ikut rapat perencanaan pemberontakan
               tersebut-dia  mengatakan  tahu  rencana  itu  belakangan.  Sedangkan  para
               pemimpin  utama  Partai,  seperti  Semaun,  Tan,  Musso,  Darsono,  dan  Ali
               Archam, ada di pengasingan atau di bui.





                                                   40
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47