Page 43 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 43

Selain  itu,  dana  cekak.  Uang  untuk  membayar  ongkos  perjalanan  kader
               partai  sering  tak  ada.  Alat  propaganda  partai  seperti  koran  Api  pun
               terancam semaput.

               Tatkala partai "kurang darah", massa pendukung justru kian hilang sabar,
               ingin aksi secepatnya. Perintah Partai pada 5 Agustus-empat bulan sebelum
               rapat Prambanan-untuk menunda pemogokan tidak digubris. Serikat buruh
               di  tiga  kota,  Surabaya,  Medan,  dan  Batavia,  tetap  mogok,  dan  akhirnya
               "patah" dengan cepat.

               Padahal,  rencananya,  pemogokan  dilakukan  bertahap.  Surabaya  menjadi
               titik  awal  pemberontakan.  Tapi,  akibat  kekalahan  di  tiga  kota  itu,  mereka
               tak lagi punya banyak pilihan, melawan atau ditumpas. "Kami percaya, akan
               lebih  terhormat  mati  dalam  perlawanan  daripada  mati  tanpa  pernah
               melawan,"  ujar  Darsono.  Maka  rapat  Prambanan  pun  memutuskan
               pemberontakan.

               Untuk  mengatasi  kekurangan  dana,  Alimin,  yang  ketika  itu  ada  di
               Singapura, diutus ke Moskow. Selain berharap restu Komunis Internasional,
               mereka juga butuh duit, pasokan senjata, dan kalau perlu tentara. Sebelum
               ke  Moskow,  mereka  ingin  memastikan  dukungan  Semaun  dan  Tan,  dua
               wakil partai di Komunis Internasional, terhadap rencana Prambanan.

               Semaun,  yang  berkantor  di  Amsterdam,  Belanda,  menolak  undangan  ke
               Singapura.  Alimin  pun  berangkat  menemui  Tan  di  Filipina  pada  Januari
               1926. Seperti dia perkirakan, Tan menolak rencana Prambanan. "Sikapnya
               begitu dingin. Dia juga merasa dilangkahi," kata Alimin. Sebagai tanggapan,
               Tan menulis Massa Actie. Dia beralasan, untuk tujuan kecil, Partai Komunis
               sudah  punya  cukup  kekuatan.  "Akan  tetapi,  untuk  mengadakan  satu  aksi
               nasional umum, mereka betul-betul belum kuasa."

               Menurut  Tan,  apa  yang  dilakukan  Partai  Komunis  baru  sebatas  putch,
               gerombolan  kecil  yang  bergerak  diam-diam  dan  tak  berhubungan  dengan
               rakyat. Kata Tan, "Membuat putch di negeri seperti Indonesia (terutama di
               Jawa), di tempat kapital dipusatkan dengan rapi dan dilindungi militer serta
               mata-mata  modern-sebaliknya,  rakyat  masih  mempercayai  yang  gaib,
               takhayul,  dan  dongeng-samalah  artinya  dengan  "bermain  api":  tangan
               sendiri yang akan hangus."

               Tapi Alimin tidak menjelaskan sikap Tan itu kepada beberapa kamerad lain
               yang  berkumpul  di  Singapura.  Dia  hanya  mengatakan  Tan  terlalu  sakit
               untuk  berdiskusi  dan  menolak  mendukung  rencana  Prambanan.  Dia  juga
               mengatakan, Tan menyuruh mereka berangkat sendiri ke Moskow. Musso
               dan  Alimin,  dua  pendukung  utama  rencana  Prambanan,  memutuskan
               pemberontakan jalan terus.



                                                   41
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48