Page 44 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 44

Di  Manila,  Tan  mulai  tak  sabar  menunggu  kabar  dari  Alimin.  Ternyata,
               Tanlah  yang  meminta  Alimin  mengumpulkan  seluruh  pimpinan  Partai
               Komunis di Singapura. "Saya tidak berniat melarang pemberontakan, tapi
               cuma mau menyampaikan pendapat dan kritik," ujar Tan, beberapa bulan
               setelah pemberontakan.

               Tak  kunjung  ada  kabar,  Tan  menyusul  ke  Singapura,  tapi  di  sana  hanya
               bertemu  Subakat,  salah  satu  agen  partai.  Alimin  dan  Musso  sudah
               berangkat  ke  Moskow.  Merasa  ditelikung,  Tan  didukung  Subakat  dan
               Suprodjo, salah satu pimpinan partai, mengirim surat ke seluruh pimpinan
               partai soal sikapnya.

               Partai  Komunis  pun  terbelah,  sebagian  di  belakang  Tan,  yang  lain  tetap
               mendukung  rencana  Prambanan.  Komunis  Internasional  yang  semula
               diandalkan  pun  lepas  tangan.  Joseph  Stalin,  Sekretaris  Jenderal  Partai
               Komunis  Uni  Soviet,  menolak  mendukung  pemberontakan  yang  tak
               terorganisasi dan hampir pasti bakal gagal.

               Secara  sporadis,  pemogokan  diikuti  sabotase  dan  perlawanan  bersenjata
               tetap terjadi di Batavia, Tangerang, daerah Priangan, Solo, Pekalongan, dan
               berakhir  di Silungkang, Sumatera  Barat.  Dimulai  pada  12 November  1926
               tengah  malam  dan  padam  pada  12  Januari  1927.  Alimin  melempar
               kesalahan kepada Komunis Internasional.

               Sejak  itu,  Tan  Malaka berpisah  dengan  Partai Komunis.  Bersama  Subakat
               dan  Djamaluddin  Tamin,  dia  medirikan  Partai  Republik  Indonesia  pada
               Juni 1927 di Bangkok, Thailand. Tan memang sempat bertemu Alimin pada
               1931 dan keduanya membicarakan pemulihan kerja sama, tapi gagal.

               Tiga  puluh  tahun  kemudian,  Ketua  Partai  Komunis  Indonesia,  D.N. Aidit,
               mengatakan  sumber  kegagalan  pemberontakan  1926  antara  lain  kurang
               persiapan  dan  minim  koordinasi.  "Tapi,  selain  itu,  ada  orang  seperti  Tan
               Malaka,  yang  tidak  melakukan  apa  pun,  hanya  menyalahkan  setelah
               perlawanan meletus," kata Aidit. Dia juga menyebut Tan sebagai Trotskyite,
               pengikut Leon Trotsky (lawan politik Stalin), "sang pemecah belah".













                                                   42
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49