Page 47 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 47

Malaka berjanji mendirikan perguruan yang cocok bagi kebutuhan dan jiwa
               "rakyat Murba", sebutan Tan untuk kaum proletar.

               Dalam  brosur  bertajuk  "SI  Semarang  dan  Onderwijs",  Tan  Malaka
               menguraikan  dasar  dan  tujuan  pendidikan  kerakyatan.  Pertama,  perlunya
               pendidikan keterampilan dan ilmu pengetahuan seperti berhitung, menulis,
               ilmu  bumi,  dan  bahasa.  Hal  ini  sebagai  bekal  dalam  menghadapi  kaum
               pemilik  modal.  Kedua,  pendidikan  bergaul  atau  berorganisasi  dan
               berdemokrasi.  Ini  untuk  mengembangkan  kepribadian  yang  tangguh,
               kepercayaan pada diri sendiri, harga diri, dan cinta kepada rakyat miskin.
               Dan ketiga, pendidikan untuk selalu berorientasi ke bawah.

               Tan  Malaka  menegaskan,  sekolahnya  bukan  mencetak  juru  tulis  seperti
               tujuan sekolah pemerintah. Selain untuk mencari nafkah diri dan keluarga,
               sekolah ini juga membantu rakyat dalam pergerakannya.

               Menurut  Harry  A.  Poeze,  inspirasi  mendirikan  sekolah  rakyat  ini  berasal
               dari  Belanda  dan  Rusia.  Tan  Malaka,  katanya,  sempat  membaca  tulisan
               warga Rusia mengenai kurikulum sekolah komunis. Inspirasi lainnya, kata
               Poeze, dari pengalaman Tan ketika bertugas di perkebunan tembakau Deli.
               "Pengetahuan yang ia dapat disesuaikan dengan keadaan di Indonesia," kata
               Poeze.

               Hari  pertama  pembukaan  "sekolah  Tan",  ada  lima  puluh  siswa  datang
               mendaftar.  Sekolah  ini  kemudian  menggelar  upacara  penerimaan  siswa
               baru yang  dihadiri  orang  tua  dan  pengurus  Sarekat  Islam  Semarang.  Dua
               anak  berusia  14  tahun  tampil  ke  depan  mengucapkan  janji  murid  dan
               meminta dukungan orang tua. Para siswa yang bercelana merah kemudian
               melakukan defile sembari menyanyikan lagu internasional.

               Penonton  bertepuk  tangan  menyaksikan  upacara  ini.  Banyak  yang
               menitikkan  air  mata  karena  acara  ini  baru  pertama  kali  dilakukan  di
               lingkungan Sarekat Islam. "Mereka gembira, karena merasa mendapat bakal
               pahlawan," kata Tan. Siswa baru terus berdatangan, hingga terkumpul 200
               orang. Puluhan orang juga melamar jadi guru.

               Sekolah berjalan pagi. Sore harinya Tan Malaka mengadakan kursus untuk
               mencetak  guru.  Peserta  kursus  adalah  murid  kelas  5  dan  guru  yang  ada
               untuk dididik menjadi guru berhaluan kerakyatan. Kabar berdirinya sekolah
               rakyat  di  Semarang  segera  menyebar  ke  sejumlah  daerah.  Beberapa  kota
               besar  di  Jawa  mengajukan  tawaran  mendirikan  sekolah  sejenis  di
               daerahnya.

               Bandung akhirnya menjadi daerah kedua yang mendirikan sekolah rakyat,
               setelah  seorang  kader  Sarekat  Islam  mendermakan  uangnya.  Di  Kota
               Kembang  itu  300  siswa  baru  mendaftar.  Tahun-tahun  berikutnya  sekolah


                                                   45
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52