Page 45 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 45

i
                            n
                            n
                           l
                           l
                            i

                                b
                                b
                              g
                              g

                          u
                    u
                    u
                      p
                  n
                    i
                    i
                        S
                        S
                         u
                      p




                                           K
                                        a
                                         k
                                         k
                                               l
                                               l
                                                i
                                            K
                                             u
                                              u
                                        a
                                  g
                                   i
                                   i
                                 a
                                 a
                                  g
                                     A
                                       n
                                       n


                                     A
                  n
               P P
               Peniup Suling bagi Anak Kuli
               Peniup Suling bagi Anak Kulii
                 e
                 e

               RAPAT  para  tuan  besar  perkebunan  yang  berada  di  wilayah  perusahaan
               Senembah  Mij baru  saja  dimulai.  Tan  Malaka  mengamati  belasan  peserta
               yang  hadir.  Dari  yang  hadir  itu,  ia  hanya  kenal  dua  orang.  Salah  satunya
               Herr Graf, tuan besar di Tanjung Morawa, Sumatera Timur.

               Tan menatap Graf, yang disebutnya sebagai musuh nomor satunya di Deli.
               Graf  langsung  menoleh ke  arah  lain.  Selama  rapat,  kedua orang  ini  kerap
               beradu  pandang.  Tapi,  begitu  mata  mereka  bertemu,  Graf  dengan  segera
               memalingkan mukanya. Demikian seterusnya.

               Tan Malaka tahu, Graf-lah yang menyebarkan fitnah dan menjelek-jelekkan
               dirinya.  Pada  saat  pemimpin  rapat  memberikan  kesempatan  berbicara
               kepadanya,  Tan  tak  menyia-nyiakan  kesempatan.  Tan,  yang  sudah  dua
               tahun menjadi asisten pengawas sekolah di Deli, memaparkan pentingnya
               pendidikan bagi para anak kuli. Menurut dia, tujuan pendidikan itu untuk
               mempertajam  kecerdasan,  memperkukuh  kemauan,  serta  memperhalus
               perasaan.

               "Anak  kuli  adalah  anak  manusia  juga,"  kata  Tan  Malaka.  Dia  sengaja
               mengeluarkan kalimat itu karena banyak tuan besar, pemilik atau pengawas
               perkebunan,  menganggap  sekolah  bagi  anak  kuli  cuma  membuang-buang
               uang. Sekolah, di benak para tuan besar itu, bakal membuat anak kuli itu
               lebih "brutal" ketimbang bapaknya. Ada kekhawatiran lain. Pendidikan ini
               bisa  menciptakan  kader-kader  baru  Sarekat  Islam,  organisasi  yang  paling
               ditakuti pemerintah kolonial Belanda.

               Beberapa  hari  setelah  rapat  pada  Juni  1921  itu,  Tan bertemu  Dr  Janssen,
               direktur  sekolahnya.  Tan  mengajukan  permintaan  pengunduran  diri.  Dia
               merasa  komplotan  tuan  perkebunan  tembakau  yang  dipimpin  Graf  sudah
               sangat  mengganggu  kerjanya.  Tan  Malaka  mengakui  ada  empat  perkara
               perbedaan  dirinya  dengan  para  petinggi  perkebunan  yang  membuat  ia
               menentukan sikap itu. Pertama, soal warna kulit; kedua, model pendidikan
               bagi anak kuli; ketiga, menyangkut artikel-artikelnya di surat kabar di Deli;
               serta keempat menyangkut hubungannya dengan para kuli perkebunan.

               Tan melihat sumber semua perbedaan itu dari kacamata Marxisme, yakni
               konflik  antara  kaum  kapitalis  dan  proletar.  Dia  menyebutnya  sebagai
               pertentangan  antara  "Belanda-Kapitalis-Penjajah"  dan  "Indonesia-Kuli-
               Jajahan". Janssen tidak mencegah keinginan Tan untuk mundur, karena dia
               juga akan kembali ke Nederland. Dia meminta kantor membayar gaji Tan
               Malaka  untuk  dua bulan  dan  menyediakan  karcis  kapal  laut  kelas  satu  ke
               Jawa.

                                                   43
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50