Page 41 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 41

Pada  saat  hubungan  dengan  Insulinde  putus,  sebenarnya  Perhimpunan
               sudah mulai melirik Sarekat Islam. Jalur masuk ke Sarekat ini terbuka lewat
               Suharsikin,  istri  pemimpin  Sarekat,  Haji  Omar  Said  Tjokroaminoto.
               Suharsikinlah  pengelola  rumah  indekos  yang  ditempati  Alimin,  Musso,
               Soekarno, dan juga S.M. Kartosuwirjo di Surabaya. Selain tempat mondok,
               rumah Tjokroaminoto juga kantor pusat Sarekat. Sneevliet, Adolf Baars, dan
               anggota  Perhimpunan  seperti  Semaun  dan  Darsono,  acap  terlibat  diskusi
               rutin di rumah itu.

               Penyusupan  pengaruh  Perhimpunan  lebih  mulus  karena  beberapa
               anggotanya seperti Semaun, Alimin, dan Darsono juga merangkap anggota
               Sarekat.  Semaun,  misalnya-aktivis  buruh  kereta  api-sudah  masuk  ke
               Sarekat  sejak  1914  dan  sempat  menjabat  sebagai  sekretaris  cabang
               Surabaya.

               Semangat  merengkuh  kelompok  Islam  ke  dalam  barisan  komunis
               sebenarnya juga dilakukan Partai Komunis Rusia. Pada Februari 1918, tiga
               bulan  setelah  Revolusi  Bolshevik,  Partai  Komunis  Rusia  membentuk
               komisariat khusus organisasi Islam sebagai corong propaganda ke negara-
               negara  berpenduduk  mayoritas  muslim.  Namun  aliansi  tak  bisa  mulus.
               Karena  Pemimpin  Partai  Komunis  Rusia,  Vladimir  Ilyich  Lenin,  tetap
               menjaga  jarak  dengan  kekuatan  Islam.  "Tidak  boleh  melebur,  tapi  tetap
               menjaga independensi karakter gerakan proletar," kata Lenin. Hingga pada
               Kongres  II  Komunis  International  pada  Juli  1920,  kedua  kekuatan  pecah,
               karena Komunis menilai Pan-Islam hanya memperkuat posisi para mullah.

               Sikap  Komunis  Internasional  ini  mempersulit  usaha  Perhimpunan-yang
               kemudian  bersalin  nama  menjadi  Partai  Komunis  Indonesia  setelah
               bergabung dengan Komunis Internasional-merebut pengaruh dalam Sarekat
               Islam.  Hubungan  Partai  Komunis  Indonesia  dengan  Sarekat  kian  buruk
               setelah  Darsono  dan  Baars  menyerang  kepemimpinan  Tjokroaminoto.  Itu
               ditambah  propaganda  kelompok  anti-Partai  Komunis  dalam  Sarekat  yang
               dimotori duo Agus Salim-Haji Fachrudin.

               Adalah Tan Malaka yang terus berusaha merangkul kembali Sarekat Islam.
               Dia  bahkan  mengkritik  Darsono  dan  Baars  yang  dianggapnya  telah
               menjauhkan komunis dan Islam. Untuk merebut hati kaum muslim, Partai
               Komunis juga mendukung perbaikan peraturan ibadah haji.

               Ketika  pemimpin  Muhammadiyah  mengundang  Tan  berpidato  tentang
               komunisme,  dengan  penuh  semangat  dia  menyanggupi.  Sayangnya,  Tan
               keburu ditangkap pemerintah kolonial Belanda. Hanya tiga bulan menjabat
               Ketua Partai Komunis, pada 29 Maret 1922, dari Pelabuhan Tanjung Priok,
               Jakarta, Tan kembali meninggalkan Indonesia menuju Belanda.





                                                   39
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46