Page 36 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 36

Tim  sandiwara  dan  sepak  bola  itu  bernama  Pantai  Selatan.
               Pertunjukan  sandiwara  banyak  bercerita  tentang  nasib  romusha.
               Mereka  pernah  memainkan  Hikayat  Hang  Tuah,  Diponegoro,  dan
               Puputan Bali.

               Tim  sepak  bola  juga  pernah  tampil  dalam  kejuaraan  di
               Rangkasbitung. Tan menggagas pembangunan lapangan sepak bola di
               Bayah-kini  menjadi  terminal.  Ia  menjadi  pemain  sayap.  Tapi  Tan
               lebih sering menjadi wasit. Selesai bermain, dia biasanya mentraktir
               para pemain.

               Pada September 1944, Soekarno dan Hatta berkunjung ke Bayah. Tan
               menjadi  anggota  panitia  penyambutan  tamu.  Soekarno  berpidato
               bahwa Indonesia bersama Jepang akan mengalahkan Sekutu. Setelah
               itu,  Jepang  memberikan  kemerdekaan  buat  Indonesia.  Soekarno
               meminta pekerja tambang membantu berjuang dengan meningkatkan
               produksi batu bara.

               Selesai  pidato,  moderator  Sukarjo  Wiryopranoto  mempersilakan
               hadirin  bertanya.  Saat  itu  Tan  sedang  memilih  kue  dan  minuman
               untuk  para  tamu.  Para  penanya  rupanya  sering  mendapat  jawaban
               guyon  sinis.  Kepada  Son-co  (Camat)  Bayah,  misalnya,  Sukarjo
               mengejek supaya ikut kursus "Pangreh Praja".

               Tan  gerah  dengan  suasana  penuh  ejekan  itu.  Dia  pun  menyimpan
               talam  kue  dan  minuman  di  belakang,  lalu  bertanya:  apakah  tidak
               lebih  tepat  kemerdekaan  Indonesialah  kelak  yang  lebih  menjamin
               kemenangan terakhir?

               Soekarno  menjawab  bahwa  Indonesia  harus  menghormati  jasa
               Jepang menyingkirkan tentara Belanda dan Sekutu. Tan membantah.
               Menurut  dia,  rakyat  akan  berjuang  dengan  semangat  lebih  besar
               membela kemerdekaan yang ada daripada yang dijanjikan.

               Tan melihat Soekarno jengkel. Menurut dia, Soekarno mungkin tidak
               pernah  didebat  ketika  berpidato  di  seluruh  Jawa.  Apalagi  bantahan
               itu dari Bayah, kota kecil di pesisir yang cuma dikenal karena urusan
               romusha dan nyamuk malaria. Tan ingin berbicara lebih panjang, tapi
               keburu dihentikan.

               Awal  Juni  1945,  Tan  menerima  undangan  dari  Badan  Pembantu
               Keluarga  Peta  Rangkasbitung  untuk  membicarakan  kemerdekaan.



                                                   34
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41