Page 32 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 32

Setelah  peristiwa  ini,  hubungan  Tan  dan  Soedirman  merenggang.
               Soedirman  menganggap  koleganya  terlalu  jauh  menekan  Soekarno.
               Menurut  Harry  Poeze,  Soedirman  juga  tidak  setuju  dengan  langkah  Tan
               membantu laskar rakyat yang secara politik bertentangan dengan tentara.

               Adam  Malik  menulis,  Presiden  Soekarno  berhasil  meyakinkan  Jenderal
               Soedirman untuk meninggalkan Tan. Sebagai balasan, ia mendukung penuh
               semua  keputusan  Sudirman  sebagai  panglima  besar  tentara.  Sejarah
               mencatat, Tan dan Soedirman kembali ke jalan gerilya setelah Agresi Militer
               Belanda II pada 1948.

               Dalam agresi itu, Belanda menangkap Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, Haji
               Agus  Salim,  dan  para  pejabat  pemerintah.  Mereka  diasingkan  ke  Bangka.
               Sudirman  lolos  dari  sergapan  Belanda  dan  masuk  hutan.  Ia  bergerilya  di
               Jawa Tengah.

               Tan  berangkat  ke  Kediri  dengan  kereta  api  khusus,  dikawal  50  orang.  Ia
               bergabung  dengan  satu  brigade  Divisi  IV  Tentara  Nasional  Indonesia
               pimpinan  Sabarudin  di  Blitar,  Jawa  Timur.  Di  markas  pertahanan  Desa
               Belimbing,  Kediri,  ia  mendirikan  Gabungan  Pembela  Proklamasi  yang
               kemudian menjadi Gerilya Pembela Proklamasi.

               Ia  banyak  menulis  pamflet  yang  dia  beri  nama  "Dari  Markas  Murba
               Terpendam".  Lewat  RRI  Kediri,  Tan  menyerukan  rakyat  terus  bergerilya
               melawan Belanda seperti Soedirman.






















                                                   30
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37