Page 28 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 28

Indonesia,  dia  dimasukkan  ke  penjara  oleh  pemerintah  Indonesia  di
               Mojokerto (1946-1947).

               Dia mengagumi secara khusus pejuang kemerdekaan Tiongkok, Dr Sun Yat-
               sen,  yang  di  kalangan  pengikut  bawah  tanah  dipanggil  Sun  Man.  Dia
               membaca  buku  San-Min-Chu-I  dan  berkesimpulan  bahwa  Dr  Sun  tidak
               sepaham dengan dia dalam teori dan metode. Menurut Tan Malaka, Dr Sun
               bukanlah seorang Marxis, melainkan sepenuh-penuhnya seorang nasionalis.
               Dalam metode, dia tidak berpikir dialektis, tapi logis. Namun kesanggupan
               analisisnya  tinggi,  kemampuan  menulisnya  baik  sekali,  dan  dia  seorang
               effective  speaker.  Kekuatan  Dr  Sun  terdapat  dalam  dua  hal  lain,  yaitu
               satunya  kata  dan  tindakan  serta  tabah  menghadapi  kegagalan.  Usahanya
               memerdekakan  Tiongkok  dari  Kerajaan  Manchu  baru  berhasil  pada
               percobaan ke-17, setelah 16 kali gagal.

               Dr Jose Rizal menjadi pahlawan Filipina dan pahlawan Tan Malaka karena
               ketenangannya  menghadapi  maut.  Beberapa  saat  sebelum  dia  ditembak
               mati,  seorang  dokter  Spanyol  rekan  seprofesinya  meminta  izin  kepada
               komandan  agar  diperbolehkan  memeriksa  kondisi  kesehatannya.  Dengan
               tercengang si dokter melaporkan bahwa denyut pada pergelangan tangan Dr
               Rizal  tetap  pada  ketukan  normal,  tanpa  perubahan  apa  pun.  Ini  hanya
               mungkin  terjadi  pada  seseorang yang sanggup menggabungkan  keyakinan
               penuh  pada  perjuangan,  ketabahan  dalam  menderita,  dan  keteguhan  jiwa
               menghadapi  maut.  Di  sini  terlihat  bahwa  Tan  Malaka  bukanlah  seorang
               Marxis  fundamentalis,  karena  dia  dapat  menghargai  Dr  Sun  Yat-sen,
               nasionalis  pengkritik  Marxisme,  dan  mengagumi  Dr  Rizal,  seorang  sinyo
               borjuis  dengan  berbagai  bakat  tapi  menunjukkan  sikap  satria  sebagai
               pejuang kemerdekaan.

               Kritik  Tan  Malaka  kepada  Bung  Karno  tidaklah  ada  sangkut-pautnya
               dengan sikap Soekarno terhadap Madilog, tapi merupakan kritik yang wajar
               terhadap seseorang yang sangat dihormatinya. Dasar kritiknya adalah apa
               yang  dilihatnya  sebagai  kebajikan  Dr  Sun  Yat-sen,  yaitu  satunya  kata
               dengan perbuatan. Menurut Tan Malaka, ketika memimpin PNI, Soekarno
               selalu mengajak penduduk Hindia Belanda yang berjumlah 70 juta jiwa itu
               untuk  berjuang  mencapai  Indonesia  merdeka  dengan  menggunakan  tiga
               pegangan, yakni sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan aksi massa yang
               tak mengenal kompromi. Dia memberikan apresiasi tinggi bahwa Soekarno
               telah  banyak  menderita  dan  dibuang  ke  pengasingan  karena  gagasan-
               gagasan politiknya.

               Maka  dia  kecewa  melihat  Soekarno  berkolaborasi  dengan  Jepang  selama
               pendudukan  di  Indonesia.  Kekecewaan  ini  disebabkan  oleh  dua  latar
               belakang.  Pertama,  Tan  Malaka  merasa  dekat  dengan  Soekarno,  yang
               menerapkan  aksi  massa  dalam  perjuangan  politiknya  hampir  sepenuhnya
               menurut apa yang ditulisnya di Singapura pada 1926 dalam sebuah brosur
               tentang  aksi  massa.  Kedua,  dia  sangat  terpesona  oleh  perjuangan
               kemerdekaan Filipina dengan semboyan immediate, absolute and complete


                                                   26
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33