Page 26 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 26

Panglima  Besar  Soedirman.  Sultan  Yogya  dan  Susuhunan  Solo
               mengirimkan  wakil  mereka.  Peserta  menginap  di  Hotel  Merdeka,
               Solo.

               Setelah bendera oposisi dikibarkan di Purwokerto, Tan ditangkap. Ia
               lalu  dipenjarakan  di  sejumlah  tempat:  Wirogunan  Yogyakarta,
               Madiun, Ponorogo, Tawangmangu, dan Magelang.

               Ketika  Tan  dipenjara  di  Wirogunan  pada  1946,  anak  muda  Murba
               bernama  Anwar  Bey,  kini  79  tahun,  besuk  bersama  Abdullah,  guru
               Meer Uitgebreid Lager Onderwijs Adabiyah Padang, juga orang Pari-
               Partai  Republik  Indonesia.  Anwar  kelak  menjadi  wartawan  Antara
               dan  Sekretaris  Wakil  Presiden  Adam  Malik.  Mereka  diutus  pemuda
               Sumatera Barat. Perjumpaan itu cuma setengah jam dan mereka tak
               banyak  bicara  karena  diawasi  sipir  pendukung  Hatta.  "Tan  hanya
               bilang teruskan perjuangan," kata Anwar.

               Konferensi  itu  sebenarnya  direncanakan  berlangsung  di  Malang,
               Jawa  Timur,  Desember  1945.  Ketika  itu,  laskar  dan  tentara
               meninggalkan  Surabaya  setelah  pertempuran  10  November  1945.
               Tapi,  karena  banyak  wakil  berada  di  Jawa  Barat  dan  Jakarta,
               konferensi  dimundurkan.  Tan  ke  Cirebon  menemui  wakil-wakil
               organisasi dari pelbagai daerah. Selanjutnya, untuk pertama kalinya
               Tan bertemu dengan wakil organisasi dari kota-kota di Jawa pada 1
               Januari  1946  di  Demakijo,  Godean,  Yogyakarta.  Mereka  sepakat
               bertemu di Purwokerto.

               Kelak, pertemuan Purwokerto diakui memberikan sumbangan besar.
               Ketika  memperingati  sewindu  hilangnya  Tan  Malaka  pada  19
               Februari  1957,  Kepala  Staf  Angkatan  Darat  Mayor  Jenderal  Abdul
               Haris  Nasution  mengatakan  pikiran  Tan  dalam  Kongres  Persatuan
               Perjuangan  dan  pada  buku  Gerpolek  (Gerilya  Politik  Ekonomi)
               menyuburkan ide perang rakyat semesta. Perang rakyat semesta ini,
               menurut  Nasution,  sukses  ketika  rakyat  melawan  dua  kali  agresi
               Belanda.  Terlepas  dari  pandangan  politik,  ia  berkata,  Tan  harus
               dicatat sebagai tokoh ilmu militer Indonesia.









                                                   24
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31