Page 21 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 21

Sejak  itu  kasak-kasuk  ihwal  testamen  meredup.  Baru  pada  Mei  1972,
               polemik ahli waris revolusi mencuat di media massa. Moekhardi, mengutip
               buku  George  McTurnan  Kahin  dalam  Nationalism  and  Revolution  in
               Indonesia  (1952), mengemukakan bahwa  perancangan  testamen  itu taktik
               Tan  Malaka  merebut  kekuasaan.  Satu  bulan  kemudian,  Sayuti  menolak
               pendapat  Kahin.  Menurut  dia,  pertemuan  dan  pembuatan  testamen  atas
               prakarsa Soekarno.

               Pekan  berikutnya,  giliran  Soebagijo  I.N.-atas  hasil  wawancara  dengan
               Hatta-menulis,  naskah  testamen  sudah  diberikan  Tan  tapi  belum
               ditandatangani.  Soekarno  akan  memarafnya  bila  Bung  Hatta  setuju.
               Sedangkan Hatta menilai, sosok Tan di mata rakyat tidak populer. Buktinya,
               dalam perjalanan di Jawa, Tan beberapa kali hendak ditangkap.

               Silang pendapat terus bermunculan. Perang pena di surat kabar reda setelah
               S.K. Trimurti-istri Sayuti-menulis surat pembaca di harian Sinar Harapan,
               akhir  Oktober  1979.  Trimurti  membuka  rahasia,  Syamsu  Harya  Udaya
               menemuinya pada akhir 1964. Tokoh Murba, partai yang didirikan Tan, itu
               mengaku  menyimpan  testamen  dan  naskah  Proklamasi.  Syamsu  memang
               sering menemani Tan sebelum sang tokoh tewas.

               Daripada  terus  memercikkan  perselisihan  dan  jadi  rebutan,  Trimurti
               menganjurkan testamen dihancurkan. Keduanya lalu menemui Aidit, yang
               dikenal  dekat  dengan  Soekarno.  Ketua  Partai  Komunis  Indonesia  itu
               mengatur pertemuan.

               Soekarno  kemudian  mengundang  ketiganya.  Di  Istana  Negara,  Trimurti
               menyerahkan  seluruh  naskah.  Sementara  teks  proklamasi  disimpannya,
               Bung Karno merobek-robek testamen dan membakarnya. "Setelah itu kami
               pulang dengan perasaan lega," kata Trimurti. Kisruh surat wasiat padam di
               tengah bara api.

















                                                   19
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26