Page 19 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 19

memperkenalkan  diri  pada  rakyat,  juga  untuk  mengukur  seberapa  besar
               pengaruhnya. Usul Hatta disetujui.

               Dalam  pertemuan  1  Oktober  itu, mereka juga  setuju  mengganti  Soekiman
               dengan Iwa. Alasannya, Iwa sahabat Soekiman dan dekat dengan kelompok
               Islam.  Soekarno  lalu  meminta  Tan  menyusun  kata-kata  testamen.  Setelah
               semuanya  setuju,  naskah  diketik  Soebardjo  dan  dibuat  rangkap  tiga.
               Soekarno-Hatta  lalu  menandatanganinya.  Soebardjo  ditugasi  memberikan
               teks itu kepada Sjahrir dan Wongsonegoro.

               Belakangan terungkap, Soebardjo tidak pernah menyampaikan salinan teks
               itu  kepada  Sjahrir  dan  Wongsonegoro.  Keduanya  baru  tahu  setelah  Hatta
               memberi  kabar.  Wakil  presiden  pertama  itu  menduga  Soebardjo  dan
               kubunya  kecewa,  wasiat  batal  diberikan  kepada  Tan  seorang.  Tapi,  dalam
               bukunya Kesadaran Nasional, Soebardjo berdalih gonjang-ganjing revolusi
               menghambat penyampaian teks itu.

                                                   ***
               TAN memasukkan testamen ke tasnya. Ia lalu pergi keliling Jawa. Menurut
               Hadidjojo  Nitimihardjo,  putra  Maruto  Nitimihardjo-salah  seorang  aktivis
               Menteng  31,  markas  perjuangan  pemuda  setelah  Proklamasi  dan  kini
               Gedung Joang 45 di kawasan Cikini, Jakarta- amplop yang dibawa Tan tak
               hanya  berisi  wasiat  politik,  tapi  juga  teks  proklamasi  yang  diketik  Sayuti
               Melik. Bung Karno, menurut Hadidjojo, memberinya satu paket.

               Pada saat di Surabaya, Tan dikawal Laskar Minyak pimpinan Suryono. Atas
               usul  Djohan  Syahruhzah-belakangan  menjadi  Sekretaris  Jenderal  Partai
               Sosialis  Indonesia-Tan  kemudian  dikawal  Des  Alwi  selama  sepekan.  Des
               waktu itu bergabung dengan laskar Pemuda Republik Indonesia dan sedang
               menjalankan  tugas  intelijen  melancarkan  perang  informasi  terhadap
               Sekutu.

               Mereka  menginap  di  Gubeng  pada  9  November.  "Malam  itu  saya  sempat
               memijatnya,"  kata  Des,  saat  itu  18  tahun.  Tan,  yang  mengaku  bernama
               Hussein, lalu berkisah tentang pertempuran Shanghai, penyerangan tentara
               Cina terhadap Jepang pada 1932.

               Pengetahuan  Hussein  membuat  Des  kagum.  Anak  angkat  Sjahrir  itu
               kemudian  membawa  Tan  ke  Sidoarjo.  Di  sana  Des  baru  tahu,  pria  yang
               dikawalnya  adalah  Tan  Malaka.  Dari  Sidoarjo,  Tan  berkeliling  Jawa
               ditemani  Djohan.  "Saat  itu  hubungan  Tan  dengan  kubu  Sjahrir  belum
               retak," kata Hadidjojo.

               Tapi  pertalian  itu  cuma  sebentar.  Belakangan  hubungan  kedua  kubu  itu
               rekah  akibat  Tan  menentang  politik Sjahrir. Lewat  Persatuan  Perjuangan-




                                                   17
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24