Page 18 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 18

Seperti  biasa,  Sayuti  ikut  dalam  pertemuan,  tapi  hanya  boleh
               mendengarkan.  Mereka  bicara  lagi  tentang  perjuangan  kebangsaan.  Di
               ujung percakapan, Soekarno berjanji akan menunjuk Tan sebagai penerus
               obor kemerdekaan.

               Tan  tidak  bereaksi  sepatah  kata  pun  mengenai  testamen  itu.  Dalam
               memoarnya,  Dari  Penjara  ke  Penjara,  ia  menganggap  usul  itu  sebatas
               kehormatan  dan  tanda  kepercayaan.  "Saya  sudah  cukup  senang  bertemu
               Presiden  Republik  Indonesia,  republik  yang  sudah  sekian  lama  saya
               idamkan," katanya.

                                                   ***
               NIAT  mengeluarkan  testamen  diucapkan  Soekarno  dalam  rapat  kabinet
               pada  pekan  ketiga  September  1945.  Bila  Sekutu  menawannya,  ia  akan
               menyerahkan  pimpinan  revolusi  kepada  salah  seorang  yang  mahir  dalam
               perjuangan. Siapa orang itu, masih ia rahasiakan.

               Ahmad  Soebardjo  tahu  yang  dimaksud  Bung  Karno  tak  lain  adalah  Tan
               Malaka. Ia tahu karena Tan pernah membicarakannya. Namun kelanjutan
               pembicaraan ihwal testamen baru terlaksana setelah Inggris akan mendarat.
               Juga  ada selentingan,  Sekutu  akan  menangkap Soekarno  karena  dianggap
               berkolaborasi dengan Jepang.

               Situasi  itu  mendorong  Soekarno  bertemu  dengan  Tan  Malaka,  Iwa
               Koesoemasoemantri,  dan  Gatot  Taroenamihardjo,  di  rumah  Ahmad
               Soebardjo. Iwa dan Gatot saat itu Menteri Kesehatan dan Jaksa Agung. Pada
               30  September,  mereka  sepakat  menunjuk  Tan  sebagai  ahli  waris  revolusi
               bila terjadi sesuatu pada Soekarno-Hatta.

               Kemudian  Soekarno  pergi  ke  rumah  Hatta.  Setelah  menceritakan
               pertemuan itu, Bung Hatta memberikan jawaban: "Kenapa tidak bicara dulu
               kepada saya? Engkau mestinya kenal baik siapa itu Tan Malaka."

               Hatta  menolak  hasil  pertemuan  dan  mengusulkan  jalan  keluar.  Tongkat
               revolusi akan diteruskan kepada pemimpin dari empat kutub. Tan Malaka
               mewakili  aliran  paling  kiri,  Sutan  Sjahrir  dari  kelompok  kiri-tengah,
               Wongsonegoro  wakil  kalangan  kanan  dan  feodal,  serta  Soekiman
               representasi kelompok Islam.

               Soekarno puas dengan jalan tengah ini. Ia menelepon Soebardjo mengajak
               bertemu.  Soebardjo,  bersama  Tan  dan  Iwa,  menyambut  Soekarno-Hatta
               besoknya. Di rumah Soebardjo, Hatta memaparkan pendapatnya.

               Ia  mengatakan  bahwa  keberadaan  Tan  di  kalangan  kiri  bisa  menyulut
               kontroversi  karena  Partai  Komunis  Indonesia  tidak  menyukainya.  Hatta
               juga  mengusulkan  agar  Tan  melakukan  perjalanan  keliling  Jawa.  Selain


                                                   16
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23