Page 87 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 87

Ketika Sjahrir mengumumkan Lima Program Pokok, yang kemudian disebut
               sebagai Lima Pokok Soekarno (isinya antara lain mengakomodasi tujuh inti
               pokok),  beberapa  organisasi  anggota  Persatuan  Perjuangan-antara  lain
               Pemuda  Sosialis  Indonesia,  Gerakan  Rakyat  Indonesia,  Barisan  Tani
               Indonesia, dan Partai Katolik-mulai berbalik mendukung Sjahrir. Masyumi,
               yang tergabung dalam Persatuan Perjuangan, pun menerima posisi Menteri
               Penerangan yang dijabat oleh M. Natsir pada kabinet Sjahrir II.

               Intrik  demi  intrik  disusun  demi  menjatuhkan  Tan  Malaka  dari  panggung
               politik  yang  baru  dilakoninya.  Atas  tuduhan  mengacau  keadaan  dan
               berbicara  serta  bertindak  menggelisahkan,  Tan  Malaka  ditangkap  pada  17
               Maret  1946.  Selang  empat  bulan  kemudian,  beberapa  gelintir  anggota
               Persatuan  Perjuangan  juga  ditangkap  terkait  dengan  keterlibatan  mereka
               dalam  upaya  kudeta  yang  gagal  pada  3  Juli  1946.  Insiden  itu  sekaligus
               menandai  bubarnya  Persatuan  Perjuangan.  Sjahrir  menuduh  Tan  Malaka
               berada  di  balik  aksi  kudeta.  Tapi,  sampai  pembebasannya  dua  tahun
               kemudian, tuduhan itu tak pernah bisa dibuktikan.

               Selama  dua  setengah  tahun  masa  penahanannya,  Tan  Malaka  menulis
               beberapa buku, termasuk otobiografinya, Dari Penjara ke Penjara. Praktis ia
               tak bisa turut mewarnai jalannya revolusi Republik yang telah dirancangnya
               sejak  1925  seperti  dalam  karyanya,  Naar  de  Republiek  Indonesia.  Tan
               Malaka  dibebaskan  pada  September  1948  semasa  pemerintah  Perdana
               Menteri Hatta. Harry A. Poeze berpendapat pembebasan itu tak lepas dari
               taktik  politik  Hatta  untuk  mengimbangi  kekuatan  Musso  yang  baru  saja
               datang  dari  Moskow  pada  Agustus  1948.  Sekelompok  kecil  pengikut  Tan
               Malaka yang dipimpin dr Muwardi telah terlebih dulu mendirikan Gerakan
               Revolusi  Rakyat  untuk  menandingi  gerak  politik  Front  Demokrasi  Rakyat
               pimpinan  Amir  Sjarifuddin  yang  di  kemudian  hari  bergabung  dengan
               Musso.

               Keluar  dari  penjara,  Tan  Malaka  mendirikan  Partai  Murba  untuk
               merealisasi gagasan-gagasannya. Tapi partai ini terlalu kecil dengan jumlah
               pendukung  yang  terbatas  dan  kurang  lincah  bermanuver  di  tengah  iklim
               politik  yang  fluktuatif.  Ia  kembali  menjadi  orang  yang  bergerak  di  balik
               layar  dengan  tak  menjadi  Ketua  Partai  Murba.  Tan  Malaka  lebih  memilih
               menggalang  kekuatan  tentara  dan  rakyat  di  Kediri,  Jawa  Timur,  untuk
               menghadapi  Agresi  Belanda  II  berdasarkan  bukunya,  Gerilya  Politik
               Ekonomi.

               Ada dilema yang dihadapi Tan Malaka yang menyebabkan dia tak menjadi
               seseorang  dalam  arus  utama  revolusi  pada  republik  yang  baru  ini.  Ia
               seorang  tokoh  terkenal,  sekaligus  tidak  terkenal.  Namanya  dikenal  dari
               karya-karya  yang  ia  tulis  semasa  berada  di  luar  negeri.  Tapi  nama  Tan
               Malaka  lebih  banyak  diperbincangkan  sebagai  sosok  misterius  yang
               dipenuhi  mitos.  Ia  tak  lagi  memiliki  relasi  politik  yang  luas  dan  erat  baik


                                                   85
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92