Page 90 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 90

Pemilu  1955  adalah  pengalaman  pahit  sekaligus  kehancuran  partai  (yang
               kemudian tidak pernah bangkit lagi). Murba hanya beroleh 2 dari 257 kursi
               yang diperebutkan. Dalam pemilu selanjutnya partai ini bahkan tak berhasil
               masuk parlemen.

               Demokrasi  terpimpin  memberikan  peluang  bagi  Murba.  Soekarno
               menjadikannya penyeimbang posisi PKI. Kongres Murba kelima, Desember
               1959,  dihadiri  Presiden.  Chaerul  Saleh  dan  Prijono  masuk  kabinet,  Adam
               Malik dan Sukarni menjadi Duta Besar di Moskow dan Beijing. Puncaknya,
               Tan Malaka diangkat menjadi pahlawan nasional pada 1963.

               Pertentangan  antara  Murba  dan  PKI  menajam.  Ketika  PKI  semakin  kuat,
               Murba  bekerja  sama  dengan  militer  dan  pihak  lain  menjegal  dengan
               membentuk  Badan  Pendukung  Soekarnoisme  (BPS).  Namun  BPS
               dibubarkan Bung Karno. Sukarni dan Syamsudin Chan ditahan pada awal
               1965.  Murba  dibekukan  dan  kemudian  dibubarkan  pada  September  1965
               karena  dituduh  menerima  uang  US$  100  juta  dari  CIA  untuk
               menggulingkan  Presiden.  Pada  17  Oktober  1966  Soekarno  merehabilitasi
               partai Murba melalui Keputusan Presiden Nomor 223 Tahun 1966.

               Pada  awal  Orde  Baru,  Adam  Malik  menjadi  Menteri  Luar  Negeri  dan
               kemudian  Wakil  Presiden.  Namun  posisinya  ini  tidak  berpengaruh  bagi
               Partai Murba.

               Dalam pemilu pertama era Orde Baru, Juli 1971-dua bulan setelah wafatnya
               Sukarni,  tokoh  partai  ini-Murba  beroleh  49  ribu  suara  (0,09  persen
               pemilih).  Tetapi  kegagalan  utama  Murba  disebabkan  oleh  stigma  rezim
               Orde Baru terhadap seluruh golongan kiri. Orde Baru menabukan sosok Tan
               Malaka. Gelar pahlawannya tak pernah dicabut, tetapi namanya dihilangkan
               dari  buku  pelajaran  sejarah  di  sekolah.  Dalam  pemilu  selanjutnya  Murba
               berfusi dengan Partai Demokrasi Indonesia. Setelah Soeharto jatuh, Murba,
               yang menyebut dirinya "Musyawarah Rakyat Banyak" itu, ikut pemilu pada
               1999. Sayang, mereka hanya mendapat 62 ribu suara (0,06 persen pemilih).

                                                   ***
               Tan  Malaka  membentuk  jaringan  revolusioner  yang  hebat  dalam
               perjuangannya, tetapi bukan partai yang awet. Ia merantau 30 tahun, dari
               Pandan  Gadang  (Suliki),  Bukittinggi,  Batavia,  Semarang, Yogya,  Bandung,
               Kediri,  Surabaya,  Amsterdam,  Berlin,  Moskow,  Amoy,  Shanghai,  Kanton,
               Manila, Saigon, Bangkok, Hong Kong, Singapura, Rangoon, sampai Penang.

               Meskipun  sempat  memimpin  Partai  Komunis  Hindia  Belanda  pada  1921,
               Tan Malaka justru menolak pemberontakan PKI pada 1926/1927. Ia sama
               sekali  tidak  terlibat dalam  peristiwa  Madiun  1948.  Murba  dalam berbagai
               hal bertentangan dengan PKI.



                                                   88
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95