Page 37 - untitled137.tif
P. 37
30
orang cukup. Kehidupannya bersahaja, makan dan pakaian
tidak jelek-jelek benar. Yang menjadi sebabnya adalah
karen a Ki Amdani itu punya sifat "bersih hati". Ia tidak me-
rasa susah karena celaka, dan tidak menjadi girang karena
mendapat untung. Ia berendapat, "Perasaan susah dan
senang atau untung-rugi itu adalah pemberian dari Yang
Mahasuci. Seluruh makhluk pasti mengalaminya, hanya
syaratnya kita harus melakukan ihtiar (usaha). Tegasnya
harus banyak suka daripada duka."
Apakah manusia bisa terus-terusan berada dalam ke-
mujuran? Tidak. Atau langgeng dalam kenaasan? Juga tidak.
Maka dari itu, ketika mujur kita harus bisa menyisakan rezeki
buat bekal saat kita terkena apes.
Seeker tekukur pada musim panen akan berbunyi
nyaring di sawah karena merasa makanan sangat berlimpah.
Ia makan sekenyangnya ketika di sawah saja. Bagaimana
bila musim paceklik? Ia berbunyi asal saja karena susah
makan. Sebagai penawar lapar, dipatukinya biang teki yang
rasanya pahit.
Lain dengan burung kakaktua, dalam musim panen,
setelah kenyang mengisi temboloknya, ketika pulang dengan
paruhnya dibawanya makanan ke dalam lubang kayunya.
Dibangunnya satu lumbung buat bekal di musim susah.
Selain itu, masih .banyak lagi teladan dari binatang.
Semut misalnya, menjadi contoh sebagai makhluk rajin be-
kerja dan bergotong royong. Demikian juga tawon, ketabah-
annya dalam bekerja sungguh mengagumkan.
Demikianlah, perihal Ki Amdani yang menyebabkan
anaknya maju, cerdas, tabah, dan tekun karena tidak salah
didik.