Page 56 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 56

yang  tidak  hanya  menggulingkan  imperialisme,  tetapi  juga  dapat
               menjauhkan segala gangguan untuk selama-lamanya..." (halaman 26,
               28).

               Meskipun  tak  menyembunyikan  pendirian  Marxisnya,  Tan  Malaka
               memilih  mengabdikan  diri  dan  intelektualitasnya  sebagai  nasionalis
               sejati yang ikut merajut gagasan tentang the imagined community itu.
               Pemikirannya  lebih  dini  juga  lebih  radikal  daripada  Mohammad
               Hatta  yang  menulis  Indonesia  Vrije  (Indonesia  Merdeka)  sebagai
               pleidoi di depan pengadilan Belanda di Den Haag (1928). Kemudian
               juga  Soekarno  yang  menulis  MIM  (Menuju  Indonesia  Merdeka,
               1933).

               Dalam  pemikiran  ketiga  tokoh  ini,  gambaran  tentang  masa  depan
               Indonesia itu memang belum utuh. Ia baru merupakan anggitan yang
               masih  memerlukan  penyempurnaan  sampai  "cetak-biru"  Indonesia
               Merdeka  dapat  dirumuskan,  yaitu  Pancasila  dan  Pembukaan  UUD
               1945 beberapa dasawarsa kemudian. Dan Tan Malaka menyadari itu,
               sebab  "aksi  untuk  mencapai  kemerdekaan  nasional  ini,"  tulis  Tan
               dalam Naar de Republiek Indonesia, "akan berlangsung lama, tetapi
               pasti membawa kemenangan (1925: 65).

               Sayangnya,  Tan  Malaka  tak  sempat  melihat  tahap  akhir  perjuangan
               kemerdekaan,  karena  ia  tewas  secara  tragis.  Ironis,  karena  setelah
               malang-melintang  menghabiskan  sebagian  besar  hidupnya  untuk
               memperjuangkan kemerdekaan negeri Indonesia, ia lalu "dihujat dan
               dilupakan" oleh bangsanya sendiri.



















                                                   54
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61