Page 58 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 58

majalah "merah" bagi para pelaut. Ini membuatnya pusing. Di samping sulit
               mencari  percetakan yang  memiliki  koleksi  lengkap  huruf  latin,  Tan  masih
               harus belajar bahasa Inggris.

               Alhasil, The Dawn baru terbit beberapa bulan kemudian. Cetakannya sangat
               jelek.  Karena  kekurangan  huruf,  huruf  kapital  bisa  muncul  di  mana  saja.
               Kata  "Pacific",  misalnya,  tercetak  sebagai  "PacifiC".  Menyusul  penerbitan
               majalah  ini,  Tan  mencetak  sebuah buku  tipis  berjudul  Naar  de  Republiek
               Indonesia.  Ini  buku  pertama  yang  menggagas  sebuah  negara  merdeka
               bernama Republik Indonesia.

               Kerja berat serta suhu Kanton yang teramat dingin membuat sakit paru Tan
               kambuh.  Dia  mengunjungi  dokter  Lee.  Mengira  Tan  terkena  tuberkulosis,
               dokter  memberikan  "suntikan  emas"-  terapi  paling  modern  saat  itu.  Tan
               malah pingsan. Untunglah, setelah diinjeksi penawar racun, ia segera sadar.
               "Kami sangka Tuan sudah meninggal," kata dokter itu.

               Tan lalu menemui dokter Rummel, orang Jerman yang telah lama membuka
               praktek  di  Kanton.  Kali  ini  diagnosisnya  physical  breakdown,  kecapaian.
               "Sebaiknyalah  Tuan  pergi  tinggal  di  tropik,  di  negeri  panas,  beristirahat,"
               katanya.

               Mendengar nasihat dokter, pikiran Tan langsung tertuju ke Jawa. Perasaan
               rindu  Tanah  Air  pun  muncul.  Maka,  pada  29  Agustus  1924,  dia  bersurat
               kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dick Fock, minta izin pulang ke
               Jawa.  Dia  juga  berkirim  kabar  ke  Moskow  dalam  surat  tertanggal  24
               September.  "Mungkin  beberapa  hari  mendatang  saya  akan  ke  berlibur
               seminggu ke Makau untuk kesehatan saya," tulisnya dengan nama samaran
               Hassan.

               Permohonannya  ditolak  Gubernur  Jenderal  Fock.  Tapi  ketika  itu,  dengan
               nama Elias Fuentes, Tan sudah menyusup ke Filipina untuk mendapatkan
               hawa yang lebih segar. Tak sampai dua tahun, dia ditangkap polisi Filipina
               yang  berada  di  bawah  "genggaman"  intel  Amerika,  Belanda,  dan  Inggris.
               Pada Agustus 1927, Tan kembali ke Tiongkok sebagai orang buangan.

               Turun di Amoy, kini Xiemen, Tan berkelana ke tempat-tempat lain. Ketika
               angkatan  bersenjata  Kwangtung,  Cap  Kau  Loo  Kun  atawa  Tentara  Ke-19,
               bentrok  dengan  tentara  Jepang  di  Shanghai  pada  1932,  dia  ada  di  sana.
               Sebenarnya  pasukan  ini  datang  untuk  membebaskan  Hu  Han  Min  yang
               ditangkap  Chiang  Kai-shek.  Dua  orang  penting  Kuomintang  ini  bertikai
               sejak Sun Man meninggal pada 1925. Namun, ketika Tentara Ke-19 tiba, Hu
               sudah  dibebaskan.  Mereka  pun  menyerbu  markas  Jepang  di  Szu  Chuan
               Road, Yang Tzepoo.





                                                   56
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63