Page 74 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 74

s
                                  i
                                  i
                                 s
                               l
                               u
                               u
                                     a
                                     a
                                      r
                                   d


                                   d
                               l


                         R
                       a
                      t
                      t
                       a
                            v
                             o
                             o
                            v
                         R
                           e
                           e
                                      r
                                                   a
                                                    a
                                                    a
                                                  a

                                                H
                                                H
                                                       e
                                                       e
                                                        m
                                                      l
                                                     r
                                                     r
                                                      l

                                        T
                                        T
                                          a

                                       i
                                       i

                                             a
                                              h
                                              h
                                             a
                                          a
                                           n
                                           n
                 i
                 i
                  t
               Cita-cita Revolusi dari Tanah Haarlem
               C C
               Citaa--cita Revolusi dari Tanah Haarlemm
                  t
                     c
                      i
                      i
                   a
                    -
                     c


               HAARLEM,  2008.  Lautan  turis,  penuh  warna,  dan  berseri-seri.  Para
               pelancong memenuhi kafe di sekitar Grote Markt yang dikelilingi bangunan
               bersejarah.  Ada  Vleeshal,  pasar  daging  yang  kini  menjadi  museum;  Grote
               Kerk atau Sint Bavokerk, gereja terbesar yang menyimpan salah satu organ
               termegah di dunia dan pernah dimainkan Mozart ketika berumur 10 tahun;
               dan tentu saja, gedung City Hall, pusat administrasi Kota Haarlem.

               Di Haarlem inilah Ibrahim Datuk Tan Malaka menginjakkan kaki pertama
               kali  di  Negeri  Kincir  Angin  pada  akhir  1913.  Tak  sulit  membayangkan
               bagaimana Ibrahim menjalani kehidupan sehari-hari sebagai siswa sekolah
               guru Rijkweekschool di kota kecil bagian utara Belanda ini.

               Wajah  Haarlem  tak  banyak  berubah.  Struktur  tata  kotanya  masih  seperti
               ketika  Perang  Dunia  Pertama  dimulai.  Gedung-gedung  bersejarah  masih
               berdiri, dengan komposisi yang masih sama. Hanya fungsi dari bangunan-
               bangunan tua yang berbeda.

               Tan  Malaka  tinggal  pertama  di  sebuah  rumah  pemondokan  bersama
               beberapa  murid  Rijkweekschool  di  Jalan  Nassaulaan,  yang  sekarang
               menjadi jalan utama yang membatasi bagian kota tua dengan bagian baru
               yang merupakan perluasan Kota Haarlem. Rumah yang dipilih oleh direktur
               sekolah  guru  PH  Van  Der  Ley  itu  masih  berdiri  hingga  sekarang.  Lantai
               dasarnya  menjadi  semacam  studio  pembuatan  perlengkapan  dapur.
               Dindingnya  terdiri  dari  bata  merah.  Untuk  mencapai  sekolah  guru,  Tan
               tinggal berjalan kaki saja.

               Tapi Tan tak betah di sana. Ia pindah ke Jacobijnestraat, sebuah jalan kecil
               di belakang Grote Markt ini berlapis batu-batu tua yang lebarnya tak lebih
               dari lima meter. Jalan ini biasanya hanya dilalui pengendara sepeda.

               Rumah-rumah tua dan kecil yang terlihat seperti berdesak-an di pengujung
               jalan ini adalah tipikal rumah buruh miskin di Haarlem awal abad ke-20.
               "Di  sebuah  rumah  kecil,  saya  mendiami  kamar  loteng  yang  sempit  dan
               gelap,"  demikian  tulis  Tan  dalam  memoarnya,  Dari  Penjara  ke  Penjara.
               Rumah ini masih berdiri meski ringkih dimakan usia. Tapi dengan polesan
               yang cantik, rumah ini kini sedang berhias menjadi toko bunga dan butik
               nan elegan.

               Berdampingan  dengan  rumah  itu  adalah  Toko  Buku  De  Vries.  Toko  buku
               inilah  yang  menjadi  tempat  yang  disukai  Tan  selama  tinggal  di
               Jacobijnestraat. Toko buku yang dulunya menjual buku bekas itu sekarang
               menjual buku baru.

                                                   72
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79