Page 79 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 79

m
                      m
                     t
                    a
                     t

                          S

                        u
                        u
                    a
                                         m
                                        i
                                       h
                                      a
                                       h
                  b
                  b
                 o
                                        i
                 o

                                  I

                                 ,
                                 ,
                                     r
                                     r
                                   b
                                  I
                                   b
                               u
                             l
                             l
                            e
                          S
                           e
                               l
                               u
                               l
                             a
                             a
                                      a
               Sobatmu Selalu, Ibrahim
               S S
               Sobatmu Selalu, Ibrahimm


               Sobat yang baik, Aku sama sekali tidak lupa memberitahukanmu bahwa aku
               telah gagal. Tidak sampai hati aku mengirimkan kartu pos bergambar dari
               Zandvoort  padamu.  Hari  ini  dan  kemarin  aku  hanya  banyak  bersenang-
               senang  dengan  gadis-gadis, hingga  aku merasa bahwa bersedih-sedih  atas
               kegagalan itu hanya akan jadi bahan tertawaan saja....

               Semoga kau mencapai sukses. Kuatkanlah hatimu, Kawan. Jika aku masih
               di Zandvoort, aku akan ke H (Haarlem) pada waktu hasil ujian diumumkan.

               Tabek, Ieb Parkstr. 5, Zandvoort

               (disadur dari kartu pos asli berbahasa Belanda yang dikirimkan Tan Malaka
               kepada Dick J.L. van Wijngaarden)
               KARTU  pos  itu  sudah  lusuh  dan  kecokelatan  termakan  usia.  Maklum,
               usianya sudah mencapai 80 tahun. Namun kartu itu tersimpan rapi dalam
               sebuah  album  bersama  puluhan  kartu  pos  lainnya.  Di  balik  kartu  pos
               terdapat  gambar  seorang  gadis  Belanda  berbaring  di  atas  pasir  sambil
               tertawa menghadap kamera. Di belakangnya terlihat pantai Zandvoort yang
               terkenal  sebagai  pantai  nudis-karena  sering  dikunjungi  kelompok  yang
               jarang berpakaian.

               Ini hanya salah satu dari sekian banyak kartu pos yang dikirimkan Ibrahim
               Datuk  Tan  Malaka  kepada  sahabat  karibnya  selama  di  Belanda,  Dick  J.L.
               van  Wijngaarden.  Dia  adalah  teman  curhat  Ibrahim  dalam  segala  hal.
               Mereka pernah satu kelas dan sempat tinggal di pemondokan yang sama di
               Bussum sampai Van Wijngaarden harus masuk militer.

               Kedekatan  Ipie  atau  Ieb-panggilan  akrab  Tan  Malaka-dengan  Dick
               tergambar  dalam  surat-menyurat  yang  cukup  teratur  dikirimkan  hampir
               setiap bulan,  sejak  Tan  Malaka  pindah  ke  Bussum  pada  1916  hingga  1921
               ketika  sudah  kembali  ke  Tanah Air.  Isi  surat  Tan  selalu  tentang  apa yang
               dilakukannya sehari-hari. Nyaris tidak pernah menyentuh soal-soal politik.
               Tan juga sering mengadu soal betapa sulitnya ujian untuk mendapatkan izin
               mengajar sebagai guru. Sebaliknya, surat Dick van Wijngaarden kepada Tan
               lebih sering berisi kata-kata pemberi semangat agar mereka berdua sama-
               sama tak menyerah di zaman yang sulit itu.

               Van  Wijngaarden  menyimpan  dengan  rapi  semua  surat  Tan  Malaka.
               Sayangnya,  surat-surat  Van  Wijngaarden  untuk  Tan  Malaka  tak  satu  pun
               yang tersisa. Hingga suatu hari datanglah surat dari Harry Poeze, peneliti
               dari  Universitas  Amsterdam,  yang  mengabarkan  soal  penelitian  terhadap
               tokoh komunis Indonesia itu.

                                                   77
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84