Page 75 - TAN MALAKA- Bapak Republik Yang Di Lupakan
P. 75

Loteng sempit yang diceritakan oleh Tan juga masih ada walaupun tak bisa
               dikunjungi karena berbeda kepemilikan dengan toko di bawahnya. Dari luar
               terlihat  loteng  itu  memang  sangat  kecil  dengan  ukuran  jendela  yang
               sekaligus berfungsi sebagai ventilasi.

               Menurut  Dian  Purnamasari,  warga  Indonesia  yang  tinggal  di  Haarlem,
               Jacobijnestraat  dulunya  adalah  daerah  permukiman  buruh.  Sekarang
               tempat itu merupakan daerah mahal yang akan diubah menjadi salah satu
               daerah chic karena lokasinya yang strategis persis di tengah kota.

                                                   ***
               Kedatangan  Tan  Malaka  di  Belanda  disambut  aura  kemiskinan  Haarlem
               yang  sedang  jatuh-bangun  menghadapi  depresi  ekonomi.  Ratusan  pabrik
               penyulingan  bir  gulung  tikar.  Pabrik  tekstil  yang  sempat  menjadi  tulang
               punggung  kota  ini  juga  bertumbangan.  "Belum  lama  di  Belanda,  sudah
               terasa konflik antara jasmani dan keadaan," kata Tan dalam tulisannya.

               Dalam kondisi seperti itulah, Ibrahim memulai pendidikannya sebagai calon
               guru.  Dia  harus  cepat  menyesuaikan  diri  dengan  masyarakat,  iklim,  serta
               kehidupan  yang  baru.  Tapi  yang  paling  sulit  adalah  mencerna  makanan
               khas  Eropa.  "Bahan  makanannya  memang  baik  dan  berzat,  tapi  cara
               pengolahnya tak keruan," ucapnya.

               Dengan uang saku yang cuma 50 gulden setiap bulan, Tan hanya sanggup
               tinggal bersama keluarga miskin, E.A. Snijder, di Nassaulaan 29-Rood. Baru
               setelah mendapat pinjaman pendidikan 1.500 gulden dari Dana Pendidikan
               dan  Studi  Hindia belanda  (NIOS)-atas bantuan  pensiunan mayor jenderal
               A.N.J. Fabius-Ibrahim mendapatkan kamar lebih baik di rumah pasangan
               Gerrit van Der Mij di Jacobijnestraat 7-Rood. Di sini Tan, yang dipanggil Ipi
               oleh kawan-kawannya, menghuni sejak 24 April 1915 hingga 11 Juli 1916.

               Sayangnya, keturunan keluarga Van Der Mij tak ada lagi. Menurut catatan
               administrasi Haarlem, Van Der Mij meninggal pada 1916, disusul wafatnya
               sang istri pada 1937. Adapun anak mereka satu-satunya, Hilbrand Anthonie
               van Der Mij, meninggal pada 1947 tanpa keturunan.

               Hampir  setiap  hari  Tan  bersepeda  menuju  gedung  Rijkweekschool  di  tepi
               Sungai  Spaarne.  Jaraknya  10  hingga  15  menit  bersepeda.  Pada  1915,
               Rijkweekschool  pindah  ke  gedung  baru  di  Leidsevaart,  yang  persis
               berhadapan  dengan  kanal  kecil-yang  bermuara  di  Sungai  Spaarne.  Tak
               seperti gedung lama yang diimpit oleh jalan dan tak punya halaman, gedung
               baru  di  Leidsevaart  lebih  besar  dengan  halaman  depan  yang  luas.  Untuk
               sampai ke sini setidaknya dibutuhkan waktu hingga 20 menit.







                                                   73
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80